Berita NasionalEkonomi &Bisnis

Hilirisasi Kunci Investasi dan Tantangan 2023

Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Kementerian Investasi akan memperluas hilirisasi menjadi 21 komoditas. Hilirisasi dinilai sebagai langkah yang tepat untuk mengejar target investasi 2023 senilai Rp 1.400 triliun. Kepala BKPM atau Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa target investasi 2023 tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.200 triliun. Dia mengatakan, target investasi Rp 1.200 triliun pada 2022 sudah melampaui target. “Target 2022 sudah tercapai bahkan realisasinya melebihi. Namun kita jelaskan rinciannya pada rilis investasi nanti,” kata Bahlil dalam konferensi pers secara virtual dari Davos, Swiss, pada Selasa (17/1).

Menurut Bahlil, peningkatan target investasi 2023 akan menjadi tantangan besar. Kondisi geopolitik akan mempengaruhi inflasi seperti belum meredanya perang Ukraina-Rusia dan juga ketegangan politik Cina dan Taiwan. Selain itu, Bahlil mengatakan, akan terjadi perlambatan ekonomi global pada 2023. “Sampai sekarang belum ada keyakinan bahwa pertumbuhan global akan baik-baik saja tahun ini,” kata Bahlil. Hilirisasi 21 Komoditas Untuk mendongkrak investasi, Bahlil mengatakan, pemerintah akan memperluas hilirisasi menjadi delapan subsektor. Di mana delapan sub sektor tersebut akan mencakup 21 komoditas.

“Kita tidak bisa sebatas melakukan hilirisasi pada satu komoditas atau dalam hal ini nikel,” ujar Bahlil. Bahlil mengatakan, hilirisasi 21 komoditas tersebut berpotensi mendatangkan investasi sebesar US$ 545,3 miliar atau senilai Rp 8.272 triliun dengan kurs Rp 15.171 per Dolar AS. Dia mengatakan, hilirisasi tersebut termasuk dalam peta jalan yang telah disusun oleh Kementerian Investasi. Adapun rinciannya adalah: 1. Hilirisasi mineral batu-bara berpotensi datangkan investasi senilai US$ 427,1 miliar 2. Hilirisasi minyak dan gas berpotensi datangkan investasi US$ 67,6 miliar 3. Hilirisasi perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan berpotensi datangkan investasi senilai US$50,6 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume dan nilai ekspor nikel Indonesia terus meningkat setelah pemerintah menerapkan hiirisasi. Sepanjang periode Januari-September 2022 volume ekspor nikel nasional mencapai 534,05 ribu ton. Angka tersebut melonjak 458,39% dibanding periode yang sama tahun lalu. Demikian pula nilai ekspor nikel Januari-September 2022 sudah mencapai US$4,12 miliar atau setara Rp62,83 triliun (kurs Rp15.232 per dolar Amerika Serikat). Nilai ini melonjak lebih dari 5 kali lipat dibanding Januari-September 2021, serta lebih tinggi 3,24 kali lipat dibanding nilai ekspor sepanjang tahun lalu. (k-int)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button