Berita NasionalPendidikan

Haedar Nashir: Sang Suluh Peradaban

HAEDAR Nashir untuk kedua kalinya diamanahkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, 18-20 November 2022. Sejak bergabung dengan Muhammadiyah pada 1983, Haedar terus-menerus secara konsisten memberikan kontribusi yang besar terhadap Muhammadiyah dan bangsa Indonesia. Selama memimpin Muhammadiyah pada periode pertama (2015-2022), dia banyak melakukan pembenahan dan penguatan, salah satunya institusi pendidikan perserikatan.

Haedar merupakan sosok yang bisa membaca dengan baik realitas zaman. Seorang cendekiawan yang–meminjam istilah Pram–adil sejak dalam pemikiran. Prinsip itu telah membantunya untuk meneropong permasalahan umat dan bangsa dengan kacamata objektif. Dalam Pidato Kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) (30/08/2021), Haedar menyampaikan bahwa Indonesia ialah milik semuanya, inilah jati diri Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Haedar merupakan cendekiawan yang jujur, moderat, dan inklusif. Haedar juga tercatat sebagai salah satu dari 100 ilmuan ilmu sosial terbaik di dunia versi Ad Scientific Index 2022. Dia menempati urutan ke-37 di dalam daftar. Dilansir dari Muhammadiyah.or.id yang menjadi kriteria dalam pemeringkatan itu ialah jurnal ilmiah. Seorang peneliti harus memiliki minimal 300 sitasi untuk masuk pemeringkatan. Haedar sendiri memiliki 2.984 sitasi. Itu merupakan bukti konkret bahwa Haedar melalui pemikiran-pemikirannya dengan secara aktif telah memberikan sumbangsih yang begitu besar.

Selama memimpin Muhammadiyah pada periode sebelumnya, dia dinilai berhasil dalam hal memimpin perserikatan. Sebagai seorang cendekiawan, dia tidak berhenti-hentinya memberikan sumbangan, baik melalui penelitian ilmiah, penulisan buku, maupun ceramah-ceramah yang moderat. Itu juga tidak terlepas dari posisinya sebagai seorang akademisi, sebagai sosok guru besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Haedar dalam banyak kesempatan telah menunjukkan bagaimana caranya dalam mendidik bangsa.   Tokoh bangsa Tempo menyebut Haedar berada pada posisi yang sama dengan Azyumardi Azra sebagai seorang tokoh bangsa dan cendekiawan muslim yang berada pada maqam ar-rasih fil ‘ilmi. Dia dinilai mirip dengan sosok cendekiawan besar asal Minangkabau itu. Sementara itu, Budiman Tanuredjo, mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas (2012-2016), menyebutnya sebagai sosok muazin bangsa. Hal itu mengacu kepada sosok Haedar yang terus berteriak-teriak menyerukan kepentingan bangsa. Julukan yang sama juga dilekatkan kepada sosok Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif oleh Alois E Nugroho.

Haedar dalam kontribusinya untuk Muhammadiyah tidak perlu diragukan lagi. Dia merupakan salah satu sosok penting–mungkin saja sejajar–dengan Amien Rais, Din Syamsuddin, atau Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif. Pandangan-pandangan Haedar selaras dengan pandangan-pandangan dan khitah Muhammadiyah. Dalam hal politik, Haedar memandang bahwa ada yang paling penting daripada kekuasaan, yaitu moral dari kekuasaan itu sendiri. Dapat dimaklumi bahwa kepentingan bangsa ialah di atas kepentingan golongan. Auri Adam (1999) dalam penelitiannya, High Politics sebagai Kerangka Moral Pemikiran Politik Muhammadiyah, berdasarkan hasil wawancara dengan Haedar Nashir, 25 Juli 1998, Haedar memaparkan untuk mencapai high politics tersebut tergantung pada tiga hal, yakni konsep khitah Muhammadiyah yang netral dalam menyikapi isu, mengedepankan supremasi nilai yang berkaitan dengan langkah-langkah Muhammadiyah, dan evaluasi internal, yaitu berkaitan dengan kader-kader mereka dalam politik (H 46). Lebih dari 20 tahun kemudian, nilai-nilai tersebut masih dipertahankan oleh Haedar dalam pemikirannya dan dalam memimpin Muhammadiyah: gerakan berkemajuan. Sebagai seorang cendekiawan, Haedar telah banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi umat dan bangsa. Haedar termasuk orang yang paling getol dalam menyuarakan bahayanya ekstremisme dalam bentuk apa pun itu, termasuk agama.

Namun, sebagai seorang yang moderat, Haedar bukanlah seorang yang tergesa-gesa dalam bertindak. Dia mengedepankan sikap kehati-hatiannya. Misalnya, dalam memilah diksi ‘radikalisme’, ‘terorisme’, dan ‘ekstremisme’, dia melakukan penjelasan makna terlebih dahulu. Konsep Islam berkemajuan yang merupakan ciri khas dari Muhammadiyah memang telah digagas langsung oleh pendirinya, KH Ahmad Dahlan, seperti yang dikatakan Din Syamsuddin. Namun, peranan Haedar dalam mengimplementasikan konsep Islam berkemajuan itu selama bergerak di Muhammadiyah jelas tidak bisa dipinggirkan. Haedar memilih pendekatan pendidikan dalam upaya mencari relevansi gagasan tersebut. Haedar merupakan tokoh utama Muhammadiyah yang menggagas pendidikan Islam berkemajuan. Menurutnya, pendidikan tidak boleh mati. Pendidikan ialah modal utama umat Islam.

Konsep pendidikan ala Haedar ialah konsep pendidikan yang holistis, yaitu konsep pendidikan yang mampu membangun seluruh potensi-potensi yang ada dalam diri manusia.   Sosok yang dibutuhkan Tak heran lagi segala tindak tanduk, sumbangsih pemikiran yang telah dikontribusikan oleh Haedar, dia telah mengukuhkan namanya sebagai salah seorang begawan pemikiran bangsa. Pemikiran-pemikiran yang diberikan Haedar senantiasa merupakan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan dan berdampak nyata bagi bangsa. Yang lebih penting, pemikiran-pemikiran itu tidak hanya tinggal di kepala, tetapi juga selalu dicoba untuk diimplementasikan melalui gerakan yang nyata.

Melihat sosok Haedar, baik sebagai seorang Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah maupun sebagai seorang individu cendekiawan bangsa, kontribusinya begitu nyata. Dia (melalui perserikatan Muhammadiyah) telah berhasil menciptakan apa yang disebutnya sebagai strategi kolektif dalam penanganan masalah umat Islam, yang berarti juga penanganan terhadap permasalahan bangsa. Itu disebabkan umat Islam ialah penduduk mayoritas. Haedar telah menjadi guru bagi bangsa Indonesia melalui pemikiran-pemikirannya. Dia juga menjadi sosok yang tepat bagi generasi muda bagaimana harus bertindak. Dia merupakan suatu sosok yang inspiratif. Setiap masa ada tokoh-tokoh yang benar-benar berdiri di atas nilai-nilai tertinggi (higher values). Haedar akan tercatat sebagai salah seorang pencerah dari generasi ini. Dia akan tercatat sebagai seorang cendekiawan yang senantiasa selalu berkemajuan. (FL-1)

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button