Berita Regional

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Alami Perlambatan Di Sektor Unggulan

Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sultra mengalami perlambatan sektor unggulan, penurunan ini dialami dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sementara di sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobitor konsisten meningkat . Untuk sektor konstruksi masih fluktuatif, ditentukan oleh aktivitas investasi swasta dan belanja modal pemerintah Sektor industri mengalami peningkatan meskipun terkonsentrasi pada komoditas pertambangan.

Demikian diungkap Dr.Syamsir Nur SE., M.Si (Pakar Ekonomi Universitas Haluoleo) saat menjadi Nara sumber  di Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal RPJPD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2025-2045 yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Tenggara, (13/1) lalu di salah satu hotel ternama di Kota Kendari.

Sebagai  Local Expert Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu-RI Prov.Sultra, Dia melihat kinerja Pertumbuhan Ekonomi (Growth) Sultra dari semua Hambatan, Tantangan dan Peluang Growth Sultra.

” Bahawa Urgensi pertumbuhan ekonomi, menjadi cerminan produktivitas pelaku ekonomi; supply side (sektor ekonomi/LU) dan demand side (pengeluaran agregat). Kondisi efisiensi penggunaan sumber daya (input) untuk memproduksi barang dan jasa, sebagai potret masalah struktural yang dihadapi perekonomian suatu wilayah” urainya di kegiatan yang dibuka oleh Sekda Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dalam penjelasan, Dosen Pasca UHO ini, dia menilai Indikator kinerja utama dalam perencanaan pembangunan Sultra,

Dari sisi demand, komponenX dan M mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi Komponen C mengalami kelesuan, struktur konsumsi didominasi konsumsi makanan, minuman dan rokok 51, 66% Dari penyebaran (sahre) wilayah daratan terhadap pembentukan PDRB Sultra sebesar72,55%, sedangkan wilayah kepulauan hanya27,45%.Pertumbuhan ekonomi di wilayah daratan dan kepulauan tidak hanya fluktuatif tetapi juga mengalami ketimpangan; Kondisi geografis, struktur ekonomidan kualitas infrastruktur memicu terjadinya ketimpangan.

Untuk Kualitas Pertumbuhanekonomi, Syamsir Nur mengungkapkan bahwa, Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas mensyaratkan pertumbuhan yang mampu menurunkan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pendapatan/ginirati Kemiskinan masihre latiftingi(11,43%); desa-daratan Pengangguran(3,15%)  karena terjadi imigrasiTK sertaTPAK perkotaan rendah; usia produktif_kota.Gini ratio (0,37); mengalami perbaikan di perdesaan, meski terjadi peningkatan di perkotaan.

Kondisi Demografi

Kemudian, dari Kondisi Demografi Sultra, Syamsir yang juga Kepala Laboratorium Ilmu Ekonomi FEB UHO, menjelaskan dihadapan seluruh Kepala OPD dinas, lembaga, NGO dan Kepala Bappeda/ Kabid Perencanaan Kab/kota se Sultra,  bahwa Perencanaaan Pembangunan memerlukan informasi terkait dinamika kependudukan yang lengkap dan berkesinambungan

Dari hasil proyeksi dinamika penduduk Sultra menunjukkan terjadi peningkatan secara positif meskipun semakin lama semakin melambat(1,64% di tahun2020 menjadi 1,27 tahun2035)

Perubahan proporsi penduduk usia produktif dan menua memicu pergeseran kebutuhandan layanan publik

Hambatan dan tantangan pertumbuhan ekonomi di Sultra

Menurut Syamsir Nur Penurunan produktivitas sektor unggulan; pertumbuhan melambat, peran mengecil, pelaku bergeser/migrasiTK menyebabkan penurunan daya saing wilayah. Penurunan jumlah RTUP (Rumah Tangga Usaha Pertanian) di semua sub sektor serta lambatnya regenerasi petani (usiayang menua>55 tahun) memicu gangguan ketahanan pangan dan kesejahteraan pelaku usaha tani.

“Meskipun ditopang oleh sektor yang sama (pertanian dan/pertambangan),  perekonomian kabupaten/kota masih terjadi ketimpangan, cenderung tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi potensial” ujarnya.

Sektor utama lainnya (perdagangan besar dan eceran) tumbuh tidak optimal, demikian pula sektor industry pengolahan masih berbasis hasil sektor pertambangan

Inflasi volatile food dapat menganggu pemulihan dan pertumbuhan ekonomi sektor konsumsiRT karena pengeluaran konsumsi Masyarakat didominasi untuk pemenuhan kebutuhan makanan/minuman dan rokok.

Tingginya share ekspor dan impor(aktivitas pertambangan) tidak menciptakan pertumbuhan ekonomi  yang berkualitas(padatmodal) serta memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kondisi perekonomian negara lain

Dia melihat adanya tren perubahan kondisi demografi (bonus demografi dan aging population) yang memicu pergeseran kebutuhan(demand) layanan publik yang cepat dan berkualitas, Kebutuhan sarpras pelayanan pubik antara lain rumah dan pemukiman, pendidikan, Kesehatan, energi, air bersih dan persampahan

Bonus demografi, Syamsir menambahkan mesti diimbangi dengan penyiapan skill yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, karena terjadi perubahan preferensi pasar dan disrupsi terkait teknologi dan digitalisasi,Perubahan iklim, krisis energi, pangan dan bencana(krisis) lingkungan.Integrasi ekonomi regional belum optimal sehingga keterkaitan ekonomi antar wilayah(antarpulau, pulau dan daratan) relative masih terbatas.

Kapasitas fiskal daerah (KFD) yang sangat rendah memicu melebarnya celah fiskal, menghambat pertumbuhan ekonomi

Sebagai Tim Evaluator Bappenas untuk EPD wilayah Sultra, Syamsir Nur menyampaikan, bahwa Peluang pertumbuhan ekonomi dan Penguatan sektor penopang perekonomian berbasis pedesaan ditinjau ulang untuk menciptakan inklusifitas pertumbuhan Diversifikasi ekspor komoditas terutama pertanian(dalam arti luas) akan memicu produktivitas sektor pertanian dan industry pengolahan

“Pemanfaatan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai sumber pertumbuhan baru(eco-tourism). Pariwisata melalui peningkatan atraksi, aksesibilitas dan amenitas dan penerapan pariwisata bekelanjutan, sedangkan ekonomi kreatif melalui dukungan kebijakan dan transformasi digital” jelasnya.

Termasuk, optimalisasi pemanfaatan potensi ekonomi laut(SD laut, diversifkasi industry dan emerging sektor lain yang memanfaatkanSD dan kekayaan laut)

Dalam pandangannya sebagai ekonom,  Integrasi Kawasan ekonomiAsia/MEA berimplikasi ke suppychain global (pasar dan produksi) daya saing ekonomi maupun UMKM.  Penerapan ekonomi hijau untuk mendorong peluang kerjabaru(green jobs)dan investasi baru(green investment)

Alokasi belanja yang berkualitas dan adaptif dalam menghadapi perubahan komposisi usia penduduk Sultra(bonus demografi dan aging population).

“Agar arah Pembangunan wilayah Sulawesi; Penunjang super hub ekonomi IKN dan Industri berbasis SDA.  Pembangunan ekonomi dapat diarahkan pada penguatan rantai produksi dan rantai nilai dan daya saing perekonomian wilayah secara berkelanjutan” kunci Syamsir Nur. (bsnn)

Profil Dr. Syamsir Nur SE., M.Si

  1. Dosen Tetap di FEB dan PPs UHO (2008-sekarang)
  2. Dosen pada beberapa PTS di Sultra (2008-sekarang)
  3. Kepala Laboratorium Ilmu Ekonomi FEB UHO (2021-sekarang)
  4. Asessor Beban Kerja Dosen/BKD UHO (2022-sekarang)
  5. Tim Evaluator Bappenas untuk EPD wilayah Sultra (2018-2020)
  6. Tim Penilai PPD Kab./Kota se-Sultra (2021-sekarang)
  7. Local Expert Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu-RI Prov.Sultra(2022-sekarang)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button