Destinasi Wisata Rumah Pinggir Kali Di Desa Poni-Poniki Kini Viral di Jagat Maya
Reportase Nusantara

Tak banyak yang tahu jika Rumah Singgah Poni-Poniki Pinggir Kali, salah satu destinasi wisata terbaru di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara.Terletak di Desa Poni-Poniki tidak jauh dari Ibu kota Kolaka Timur dengan panorama alam hutan dan aliran sungainya mampu menarik ratusan pengunjung dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara (wisatawan domestik). Cerita dan kisah inspirastifnya.
Mulai dirintis oleh pemiliknya Mustakim Darwis, tiga tahun lalu dengan modal coba-coba saja setelah melihat beberapa postingan saya di media sosial tentang obyek wisata di perbatasan Kolaka Timur-Kolaka milik salah satu pengusaha kuliner “Kang Hadi” resto di tengah hutan. Percakapan lewat komentar saya saat itu menjadi pemicunya untuk bergerak dengan ide yang tidak biasa (out of the box).
Dari postingan destinasi itulah diskusi pun berlanjut setiap kali saya melintas di jalan poros Kolaka-Kolaka Timur itu.Kala itu masih terlihat tak menarik karena masih ditumbuhi semak belukar dan lebatnya pohon sagu di sekeliling lokasi kebun. Iya memang ini semula akan disulap menjadi kebun dengan tanaman durian dan kakao, begitu pengakuan dari ownernya saat berbincang dengan beberapa pengunjung yang datang ke Rumah Singgah Poni-Poniki pinggir kali.
Waktu tiga tahun itu, Mustakim Darwis yang bergelar pendidikan strata tiga alias telah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Hasanuddin, terbilang manusia yang unik dan penuh ide-ide yang terbilang “ide gila” bagi kebanyakan orang apalagi di kalangan pejabat Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur. Maka tak heran ia pun didapuk sebagai Sekretaris Forum Pemekaran Kabupaten Kolaka Timur hingga menjadi Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kolaka Timur. Demikian sekilas sosok pemilik Rumah Singgah Pinggir Kali Desa Poni-Poniki di Kolaka Timur.
Semula memang berangkat dari ide dan konsep yang tak hanya dipikirkan oleh pemiliknya, tapi pelan tapi pasti dieksekusinya mulai dari membangun sebuah rumah kayu untuk jadi tempat istirahat setiap kali dia bersama isterinya di kebun itu. Lagi-lagi semula hanya layak disebut kebun yang tak menghasilkan apa-apa lantara masih dipenuhi semak belukar saja. Di tengah kebun tersebut hanya ada beberapa tanaman pisang dan beberapa pohon jati dan pohon sagu.
Rupanya aliran sungai yang jernih dengan dasar kerikil dan bebatuan menjadi kelebihan sekaligus daya tariknya kebun ini lalu berubah menjadi salah satu destinasi wisata yang membuat penasaran warga net di Sulawesi Tenggara sehingga tertarik untuk datang ke tempat yang meyajikan kuliner khas dengan cita rasa yang cocok di lidah dan di kantong pengunjungnya.
Apa yang terlihat hari ini di Rumah Pinggir Kali Poni-Poniki itu, bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, tetapi punya cerita dibalik ramainya pengunjung yang membuat kewalahan pramusajinya yang melayani dengan penuh keramahan dan senyum.
Ide kreatif dari Mustakim Darwis ini tentunya tak akan berjalan mulus tanpa adanya dukungan dari seorang isterinya yang tentunya memiliki naluri bisnis yang terbukti sekarang omset perhari dari usaha sampingan dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini mampu menembus di angka 2-5 juta rupiah setiap hari dan saat hari libur anak sekolah dan pegawai kantoran di Kolaka Timur.
Saya ikut terharu saat pemilik usaha ini, membuka kisah semua pekerja,pramusaji yang terlibat di usaha sampingannya ini, ada rasa prihatin atas lingkungan sekitarnya dan tentunya ada rasa perih mendengar sekaligus bikin merinding. Pasalnya, sejumlah orang yang bekerja di Rumah Pinggir Kali Poni-Poniki ini,mereka adalah keluarga tak mampu dan dililit persoalan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
“Suatu hari ada dari mereka ada yang datang ke rumah dengan wajah memelas karena ingin meminta sejumlah uang untuk biaya kuliah dan ongkos mobil anaknya ke Kendari,” ungkap Mustakim.
Kejadian ini, selalu berulang hingga pemilik Rumah Pinggir Kali ini, menawarkan untuk menjual semua kue dan es Cendol gula merahnya di lokasi yang sedang digarap menjadi tempat rekreasi sekaligus menyediakan kuliner tradisional di Kolaka Timur. Awalnya dia menolak karena jauh dan ragu jika akan ada yang beli kue dan es cendolnya itu, seperti dituturkan pemiliknya kepada penulis yang menjadi teman diskusi dari rencana untuk membantu warga di sekitarnya keluar dari kemelut ekonomi.
“Alhamdulilah, penghasilan mereka saat ini sudah bisa menutupi semua kebutuhan anak-anaknya yang sekolah dan kuliah, dulunya mereka tolak sekarang mereka kewalahan karena banyaknya pengunjung dan es cendol yang menjadi minuman andalan itu harus habis lebih cepat karena laris manis” kata Mustakim Darwis.
Rumah Pinggir Kali Desa Poni-Poniki kini telah menjadi destinasi yang tak hanya jadi wahana rekreasi aliran sungai yang jernih bagi anak-anak di sekitar Kolaka Timur saja, Namun kini sejumlah organisasi dan perangkat daerah menjadikan Rumah Pinggir Kali menjadi tempat menggelar kegiatannya hingga arisan ibu-ibu di lingkup Pemkab Kolaka Timur.
Tentunya, masih banyak lagi cerita yang menarik sekaligus sangat menginspirasi dari Mustakim Darwis dalam perjalanan tiga tahun dari kebun dipenuhi semak belukar menjadi Rumah Pinggir Kali ini ramai pengunjungnya, sekaligus menjadi sarana edukasi bagi anak-anak usia dini telah berjalan seiring dibuka kali pertama tanpa ada acara potong pita yang resmi. Rumah Pinggir Kali Poni-Ponili dengan konsep wisata panorama hutan dan ailiran sungai yang mengalir jernih ini mampu memberi dampak ekonomi bagi warga di sekitarnya, sekaligus membuka mata bagi semua orang yang akan mendapatkan untung secara ekonomi harus bekerja tulus untuk kebaikan bersama.
Bagi anda yang penasaran dengan Rumah Pinggir Kali di Desa Poni-Poniki bisa datang sendiri merasakan sensasi kuliner dan keindahan alam di tempat yang kini viral di jagat maya. (rdm)