DPR Yakin: APBN Tetap Stabil Meski Minyak Bergejolak

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dinilai masih tangguh untuk menghadapi lonjakan harga minyak dunia yang diakibatkan oleh meningkatnya ketegangan konflik antara Iran dengan Israel.
“Sekarang APBN masih cukup, mudah-mudahan masih bisa menanggung (lonjakan harga minyak dunia),” ucap Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Haryadi ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (16/6).
Dia menjelaskan harga minyak mentah beberapa bulan terakhir masih berada di bawah harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang ditetapkan di APBN.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, asumsi dasar ekonomi makro 2025 untuk ICP berada di angka 82 dollar AS per barel. Apabila dibandingkan dengan ICP Mei 2025, rata-rata harga minyak mentah Indonesia pada level 65,29 dollar AS per barel.
Saat ini, lonjakan harga minyak dunia berada di kisaran 72–74 dollar AS per barel, lebih rendah daripada asumsi ICP yang termaktub di APBN 2025 sebesar 82 dollar AS per barel. “Konflik Iran-Israel pasti berpengaruh (ke APBN), tetapi mudah-mudahan masih di dalam koridor yang ditetapkan,” kata pimpinan Komisi XII yang membidangi sektor energi dan sumber daya mineral itu.
Meski demikian, dia mendorong pemerintah untuk lebih gencar menggarap proyek energi baru dan energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil. Salah satunya dengan memaksimalkan kampanye mobil listrik.
Menurut Bambang, mobil listrik merupakan solusi untuk mengurangi beban belanja negara untuk memberikan subsidi pada sektor energi, utamanya bahan bakar minyak.
Kompensasi Energi
Berdasarkan rincian APBN 2025, sebesar 26,66 triliun rupiah untuk jenis bahan bakar tertentu (JBT), yang terdiri atas minyak tanah dan minyak solar untuk konsumen tertentu. Anggaran subsidi tersebut belum termasuk kompensasi energi senilai 190,89 triliun rupiah untuk 2025.
Kompensasi energi merupakan dana yang dibayarkan oleh Pemerintah kepada badan usaha, dalam hal ini Pertamina dan PLN, atas kekurangan penerimaan badan usaha sebagai akibat dari kebijakan penetapan harga oleh Pemerintah. “Kita harus lebih memaksimalkan energi baru dan terbarukan, semakin mengkampanyekan mobil listrik, karena bisa mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil,” ucap dia.
Pada Jumat (13/6), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan operasi militer besar-besaran bernama Operation Rising Lion dengan menyerang target militer dan fasilitas program nuklir Iran. Angkatan Udara Israel melakukan serangan dalam beberapa gelombang di sejumlah wilayah Iran, termasuk ibu kota Tehran.
Dalam serangan tersebut, sejumlah pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas, termasuk Kepala Staf Umum Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri dan beberapa komandan Garda Revolusi, serta sejumlah ilmuwan nuklir. Sebagai balasan, Iran meluncurkan Operation True Promise 3, yang menyerang fasilitas militer milik Israel.
Kementerian Kesehatan Iran mengatakan 128 orang tewas dan 900 lainnya cedera dalam serangan Israel sejak Jumat pekan lalu. (bsnn)