Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang selama ini dipuji sebagai terobosan untuk memperkuat gizi pelajar di Kabupaten Konawe, kini diuji ketangguhannya. Enam belas siswa dari dua sekolah SD IT dan SMKN 1 Unaaha dilaporkan mengalami muntah dan diare usai mengonsumsi makanan dari Dapur SPPG Ambekairi II, Rabu kemarin (24/9/2025). Gejala tersebut mulai muncul pada Kamis siang (25/9/2025), diduga sebagai reaksi muntaber.
Lima siswa SMKN 1 sempat menjalani perawatan di Puskesmas Unaaha dan diperbolehkan pulang. Namun, lima siswa lainnya harus dirujuk ke RSUD Konawe karena memerlukan observasi lebih lanjut. Hingga Kamis sore ini, tiga di antaranya masih dalam perawatan inap, meski seluruh pasien dipastikan dalam kondisi stabil.
Menanggapi insiden ini, Koordinator Wilayah Badan Gizi Nasional (BGN) Kabupaten Konawe, Nopri Al Ikmansyah, langsung menurunkan tim investigasi darurat.
“Kami sudah menurunkan tim investigasi untuk memeriksa dan meneliti bahan makanan yang digunakan di dapur SPPG tersebut,” tegas Nopri.
Tim investigasi tidak hanya meninjau proses pengolahan dan distribusi makanan, tetapi juga mengambil sampel makanan yang dikonsumsi siswa di ketiga sekolah sasaran program. Sampel tersebut kini sedang diuji di laboratorium untuk mendeteksi kemungkinan kontaminasi bakteri berbahaya seperti Escherichia coli (E. coli), Salmonella, atau zat kimia sebagai gejala beracun.
Program MBG merupakan bagian dari inisiatif nasional yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Konawe. Saat ini, 10 dapur SPPG beroperasi penuh dengan target menyalurkan makanan bergizi kepada ribuan pelajar setiap hari.
Namun, insiden ini menjadi peringatan keras bahwa pengawasan ketat terhadap rantai pasok, higienitas, dan kualitas bahan baku harus diperketat tanpa kompromi.
“Kami tidak akan mentolerir kelalaian yang membahayakan nyawa anak-anak kita. Jika terbukti ada pelanggaran prosedur, akan ada sanksi tegas,” tegas Nopri.
Humas RSUD Konawe, dr. Abdianto Ilman
Sementara itu, Humas RSUD Konawe, dr. Abdianto Ilman, menjelaskan bahwa total 16 siswa mengalami gejala muntaber, 14 dari SMKN 1 Unaaha (termasuk lima yang telah dirawat di Puskesmas Unaaha) dan dua dari SD IT. Di RSUD Konawe, 11 pasien ditangani oleh tim UGD dengan diagnosis sementara gastroenteritis akut peradangan mendadak pada lambung dan usus yang menyebabkan diare, mual, muntah, dan nyeri perut.
“Penanganan dilakukan sesuai SOP rumah sakit. Hasil uji darah menunjukkan angka normal, namun kami akan melanjutkan dengan uji tinja untuk mengidentifikasi kemungkinan infeksi bakteri atau parasit,” ungkap dr. Abdi, sapaan akrabnya.
Meski demikian, pihak RSUD belum dapat memastikan apakah kasus ini secara langsung disebabkan oleh konsumsi makanan dari program MBG. “Kami menunggu hasil laboratorium dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan serta BGN,” tambahnya.
Dr. Abdi juga mengonfirmasi bahwa tim BGN telah melakukan pemeriksaan di dapur SPPG Ambekairi II. Berdasarkan temuan awal, sistem quality control dan penanganan bahan makanan di dapur tersebut dinilai telah memenuhi standar.
Di sisi lain, pihak sekolah dan orang tua siswa menyatakan keprihatinan mendalam. Mereka berharap adanya transparansi dan meminta hasil investigasi segera diumumkan agar kepercayaan publik terhadap program MBG tidak runtuh.
Badan Gizi Nasional menjanjikan hasil uji laboratorium akan dirilis dalam beberapa hari ke depan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Konawe, Yones, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menurunkan “Tim Sidak” untuk mengambil sampel makanan dan bahan baku guna diuji secara ilmiah.
“Keamanan pangan bukan hal yang bisa dikompromikan,” tegas Yones. “Kebersihan dan sanitasi lingkungan dapur, serta kesehatan para pengelola harus dipastikan bebas dari penyakit menular. Ini prasyarat mutlak.
Insiden ini menjadi bahan evaluasi bagi program yang bertujuan mulia, memberi makan anak-anak agar tumbuh sehat dan cerdas. (bsnn)