Ekonomi &Bisnis

Outlook Oil and Gas Tahun 2023 – Investasi Major Oil Company Dunia Akan Terus Meningkat

Setelah konflik Ukraina dan Rusia berlangsung hampir setahun dan pandemi Covid 19 terkendali dengan baik, harga minyak kelihatannya akan mencari titik kesetimbangan baru pada tahun 2023. Dari sisi demand, kebutuhan minyak dunia diproyeksikan akan meningkat sekitar 2 juta barrel per day (bpd) pada tahun 2023 ini.

Sebaliknya dari sisi supply juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan kekurangan. Bahkan OPEC+ telah memangkas volume produksi bulan November 2022 sebanyak 2 juta bpd untuk menstabilkan harga minyak pada level $80-$90 per barrel.

Ditinjau dari sisi politik dunia, langkah OPEC+ memangkas produksi tahun lalu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Amerika Serikat (AS). Dengan berkurangnya supply, AS khawatir harga minyak akan tetap tinggi dan menyulitkan ekonomi AS yang sedang berjuang menurunkan inflasi. Namun, OPEC+ melihat kestabilan harga pada level $80-$90 per barrel jauh lebih utama daripada pertimbangan naiknya inflasi di hampir seluruh negara maju di dunia.

Kalau boleh kita menganalisa lebih dalam, sistem kapitalis yang mengedepankan perdagangan bebas dan ditopang oleh hukum supply dan demand telah dimanfaatkan dengan baik oleh OPEC+. Sisi supply ternyata dapat mengontrol harga pada tahun lalu.

Bagaimana dengan tahun 2023? Apakah sisi demand dapat mengontrol harga?

Sekali lagi kami selalu mengatakan bahwa tidak ada sekelompok orang, atau organisasi atau bahkan kepala negara yang mampu memprediksi harga minyak pada masa datang. Selain hukum supply dan demand, harga minyak dipengaruhi banyak hal termasuk geopolitik dunia.

Dengan naiknya demand sekitar 2 juta bpd tahun 2023, dan pemangkasan produksi OPEC+ tahun 2022 ada kemungkinan harga minyak tetap bertahan pada level $80-$90 per barrel di tahun ini. Salah atau faktor yang mungkin bisa mengubah level harga ini adalah berakhirnya konflik Ukraina-Rusia.

Banyak skenario mungkin akan terjadi; diantaranya adalah pipa gas Nordstream 1 dan 2 diperbolehkan untuk beroperasi dengan normal, sehingga supply gas ke negara-negara Eropa dapat terpenuhi kembali.

Dengan normalnya supply gas ke Eropa maka inflasi tinggi yang diakibatkan oleh krisis energi bisa teratasi. Dampaknya, kebutuhan minyak mentah dan batubara otomatis juga akan terkoreksi dan harga minyak kemungkinan bisa turun pada level dibawah $80 per barrel.

Namun demikian kalau berakhirnya konflik Ukraina-Rusia dengan beberapa syarat yang membuat sektor energi Rusia tertekan atau tidak berjalan dengan semestinya, maka harga minyak bisa tetap di level $80-$90 per barrel atau bahkan lebih tinggi. Negara-negara pengimpor minyak tentu akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan energi mereka.

Bagaimana dengan major oil companies dunia seperti ExxonMobile, Chevron, Shell, BP, Equinor dan Total Energies menyikapi harga minyak yang tinggi di tahun 2022 dan strategi di tahun 2023?

Operating Cash Flow (OCF) dari 6 perusahaan minyak di tahun 2022 memecahkan rekor tertinggi yang pernah terjadi. Sejak tahun 2006, rekor tertinggi pernah terjadi pada tahun 2008 yang nilainya mencapi $ 220 milyar. Namun pada tahun 2022 rekor ini terlampau dengan OCF mencapai $ 320 milyar.

Peningkatan OCF yang sangat signifikan ini bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang. Salah satunya adalah industry oil and gas belum menemui titik balik untuk menjadi sunset industry. Selain masih menghasilkan keuntungan yang sangat besar, kebutuhan dunia akan fosil energi masih belum tergantikan.

Akibat besarnya OCF di tahun 2022, major oil companies mulai kelihatan goyah dengan komitmen mereka yang akan mengurangi investasi di sektor fossil energi.

BP misalnya berjanji di tahun 2020 akan mengurangi produksi oil dan gas sebanyak 40% pada tahun 2030. Namun janji itu mereka ubah menjadi hanya 25% pada tahun 2030.

Dari sisi investasi, capital investment yang dianggarkan oleh ExxonMobil dan Shell tahun ini juga luar biasa. ExxonMobil punya anggaran sekitar $23-$25 milyar sementara Shell disekitar $23-$ 27 milyar. Patut diduga capital investment ini sebagian besar akan mengalir ke sektor oil and gas. Begitu juga dengan perusahaan minyak dunia yang lain. Anggaran investasi di sektor oil and gas meningkat 15% dibandingkan tahun 2022.

Dengan anggaran investasi yang cukup besar di tahun ini dan diperkuat oleh prediksi harga minyak yang stabil di level $80-$90 per barrel, kegiatan eksplorasi di wilayah-wilayah yang dulunya dianggap kurang menarik dan susah, sekarang mulai dilakukan. Diharapkan di tahun-tahun mendatang penemuan ladang minyak baru yang signifikan bisa terealisasi, sehingga kebutuhan dunia terhadap minyak bisa terpenuhi.

Pertanyaan selanjutnya adalah kapan renewable energi benar-benar mampu menjadi energi pengganti bagi energi fosil. Jangan-jangan energi fosil tidak akan pernah tergantikan? Semoga saja tidak. (k17)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button