Pertumbuhan Ekonomi Sultra Mengalami Akselerasi Triwulan I Capai 41.01 Triliun

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan pertumbuhan yang positif selama tahun 2022 dan mengalami akselerasi pada triwulan I 2023 sebesar 6,68% (yoy). Berdasarkan besaran PDRB ADHB triwulan I-2023 mencapai Rp 41,01 triliun dan ADHK 2010 mencapai Rp 25,50 triliun Pada sisi produksi, LU industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi (26,15%), sedangkan pada sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada komponen ekspor barang dan jasa (7,21%).
Demikian diungkapkan Dr. Syamsir Nur, SE., M.Si sebagai Nara Sumber Ahli dari Universitas Halu Oleo pada FGD (Focus Group Discussion) Pemberdayaan Ekonomi Daerah Melalui BUMD Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas UMKM Lingkup Sultra, yang digelar oleh Kanwil DJPb Provinsi Sultra dan Forum Koordinasi Pengelolaan Keuangan Daerah (FKPKN) di Aula Kanwil DJPb Provinsi Sultra, Selasa (9/5).
Menurut Syamsir Nur Terdapat 5 sektor /lapangan usaha (LU) utama pembentuk PDRB Sulawesi Tenggara,
berkontribusi di atas 10% pertahun, kecuali industri pengolahan. Selama kurun waktu 2010-2022, share pertanian 24,24%, pertambangan 20,49%, konstruksi 12,34%, perdagangan 12,31% dan industri pengolahan 6,56%.
Meskipun demikian, terjadi tren penurunan share sektor pertanian dan pertambangan berbeda dengan perdagangan dan industri pengolahan yang cenderung meningkat. Pada periode yang sama terdapat 4 LU yang mengalami peningkatan antara lain sektor transportasi, infokom, administrasi pemerintahan serta Jasa Pendidikan.
“Perdagangan Besar dan Eceran serta LU Industri Pengolahan yang tumbuh kuat, sejalan dengan konsumsi rumah tangga. LU Akomodasi dan Makan-Minum serta LU Transportasi dan Pergudangan cenderung
tumbuh kuat karena didorong penghapusan PPKM. Aktivitas perdagangan besar juga cenderung masih meningkat, sejalan dengan peningkatan produksi pertanian sebagai salah satu komoditas utama perdagangan besar. Tingginya pertumbuhan lapangan usaha ini akan sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan konsumsi rumah tangga” jelas Syamsir Nur,local expert Kemenkeu kepada beritasulawesi.co.id
Di sisi lain, industri pengolahan tidak hanya hanya didorong oleh industry logam dasar/nikel tetapi juga industri pengolahan makanan minuman yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja seiring normalisasi aktivitas dan mobilitas masyarakat serta tingginya bahan baku dari sektor pertanian tanaman pangan maupun peningkatan permintaan dari mitra dagang.
Perlambatan kinerja konsumsi di awal tahun 2023 disebabkan permintaan masyarakat yang masih terganggu akibat dari peningkatan harga komoditas pangan maupun energi.
“Pencabutan PPKM yang tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 50 dan 51 Tahun 2022 menegaskan tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan di masyarakat, sehingga mendorong fasilitas umum (pusat perbelanjaan, restoran, café) untuk beroperasi dengan full capacity. Kondisi ini mendorong peningkatan permintaan” ujarnya.
Demikian pula membaiknya pendapatan masyarakat akibat kenaikan UMP tahun 2023 akan memperkuat kinerja konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor perlambatan pendapatan masyarakat yang berisiko menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga lebih tinggi, yakni ketersediaan lowongan pekerjaan dan stimulus/bantuan pemerintah yang tidak dilanjutkan pada 2023.
“Peningkatan kinerja ekspor yang tinggi (luar negeri maupun antardaerah) seiring dengan peningkatan mobilitas dan tingginya perdagangan komoditas ferronickel, stainless steel dan komoditas perikanan. Ekspor Sultra memiliki pertalian dengan LU pertambangan dan penggalian karena 96,84% komoditas ekspor Sulawesi Tenggara
merupakan ferronickel, stainless steel” pungkas Syamsir Nur, Dosen Pasca Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo. (k14)