Kapasitas Pembangkit Listrik EBT Ditargetkan Capai 20,9 GW Pada 2030

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, kapasitas pembangkit listrik (PLT) yang bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia akan mencapai 20,92 Gigawatt (GW) pada 2030. Dengan kata lain, pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional akan mendominasi sebesar 51,6% pada tujuh tahun mendatang.
Target tersebut, tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030. “Dalam RUPTL ini kami targetkan pada 2030 akan ada tambahan kurang lebih 20,9 GW EBT untuk bisa masuk di dalam sistem (kelistrikan) kita,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif kepada B-Universe, Selasa (6/6/2023).
Berdasarkan RUPTL yang sama, total kapasitas pembangkit listrik di Indonesia diproyeksikan mencapai 40,575 GW pada 2030, dengan porsi pembangkit fosil 19,562 GW atau 48,4%.
Dilihat dari jenis pembangkitnya, Pembangkit Listrik Tenaga Air/Mikro/Mikrohidro akan menjadi sumber EBT terbesar dengan kapasitas 10,39 GW. Disusul Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 4,68 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau geotermal (PLTP) 3,35 GW, PLT EBT Baseload 1,01 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau angin 0,59 GW. Selanjutnya ada PLT Bioenergi 0,59 GW, serta Battery Energy Storage System (BESS) 0,3 GW.
Sementara untuk pembangkit dengan sumber energi fosil, PLTU menempati porsi terbesar dengan 13,8 GW, disusul Pembangkit Listrik Tenaga Uap 5,82 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 5 Megawatt (MW).
Berdasarkan jenis pengembang, Independent Power Producer (IPP) mengambil porsi terbesar untuk pengembangan pembangkit hingga 2030, yakni 26,006 GW atau 64%. Kemudian PLN sebanyak 14,269 GW atau 35%, dan kerja sama antarwilayah usaha sebesar 300 MW atau 1%.
Capaian target EBT terus didorong, namun Arifin mengatakan, pandemi dua tahun terakhir menghambat pengoperasian (commercial operation date/COD) pembangkit EBT sehingga mundur dari waktu yang ditentukan. Hingga 2022, Kementerian ESDM menunjukkan bahwa porsi EBT dalam bauran energi nasional, baru mencapai 12,3% alias setengah dari target 25% pada 2025.
“Jadi memang harus ada breakthrough untuk bisa mempercepat target bauran ini,” imbuhnya.
Di sisi lain, dampak Covid-19 ikut menurunkan permintaan listrik di dalam negeri sehingga PLN mengalami kelebihan pasokan (oversupply). Dibutuhkan upaya-upaya ekstra untuk pemerintah menambah kapasitas listrik lagi, yang bersumber dari EBT dan dimasukan ke sistem kelistrikan di Tanah Air. (k12-bsnn)