Harga Cabe Masih Mahal Pasokan Belum Merata

Gejolak harga cabai rawit merah di pasar dalam beberapa waktu bekalangan ini menjadi tantangan dan atensi pemerintah. Pergerakan harga pangan yang melonjak cukup tinggi ini, diakibatkan belum meratanya produksi dan distribusi pasokan, terutama ke daerah defisit.
“Pasokan cabai rawit merah memang tengah terjadi kekurangan di beberapa daerah. Misalnya di Pasar Induk Kramat Jati di bulan lalu, pasokan cabai rawit merah disana sempat turun sampai 6 persen. Segera kita bantu mobilisasi pangan melalui skema FDP (Fasilitasi Distribusi Pangan) berupa pasokan 5 ton. Ini tentunya setelah NFA berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan para Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani),” beber Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/12).
Dia mencontohakan, di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), harga cabai rawit masih di level 50.000 rupiah per kg. Menurutnya, harga yang lebih baik seperti ini bisa terjadi karena bersumber dari produksi lokal. Untuk itu, lanjutnya, Bapanas terus mendorong pemerintah daerah menaruh perhatian pada komoditas pangan di wilayahnya.
Arief turut menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat dalam mengatasi gejolak harga pangan. Apabila pemerintah daerah menemukan indikator adanya eskalasi harga pangan tidak normal, tentunya pemerintah pusat senantiasa sigap bahu membahu mengatasinya.
“Terkait cabai rawit merah, artinya produksinya perlu didekatkan ke daerah-daerah yang defisit pasokan namun cukup tinggi konsumen. Kita semua harus dorong produksi, bisa berupa menggalakkan urban farming. Ini akan sangat membantu. Masyarakat bisa tanam di pekarangan atau kebun menggunakan polybag,” ujar Arief. (bsnn)