VKTR Berpotensi Pimpin Industri Kendaraan Listrik RI

Entitas Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) berpotensi menjadi pemain top di industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Berpengalaman di industri orderdil selama 47 tahun dan minimnya kompetitor diyakini menjadi peluang bagi VKTR untuk memimpin industri kendaraan listrik di Indonesia.
Ambisi VKTR menjadi pemain besar di industri EV itu, dibuktikan dengan rencana perseroan mengeksekusi rencana initial public offering (IPO) dalam waktu dekat.
Entitas bisnis PT Bakrie Autoparts tersebut akan melepas sebanyak 8,75 miliar saham atau sebanding 20% dari modal kepada publik dengan harga Rp 100 -130 saham.
Komisaris Utama VKTR Teknologi Mobilitas, Anindya N Bakrie, mengatakan, melalui aksi korporasi tersebut, VKTR diproyeksikan meraup dana sebanyak Rp 875 miliar. Proceed tersebut sudah sejalan dengan prediksi manajamen.
“Sedikit lebih di kisaran itu. Tapi yang lebih penting adalah performa VKTR sehabis IPO. Kita targetkan, performanya tentu lebih baik dari tahun lalu,” ujar Anindya, usai acara selebrasi pencapaian dua juta kilometer bus listrik Transjakarta di kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Selasa (13/6) petang.
Anindya menjelaskan, ada beberapa pertimbangan strategis yang membuat VKTR optimistis dalam menatap IPO dan prospek industri kendaraan listrik ke depan. Dari pantauan awal, para pelaku pasar merespons antusias IPO perseroan. “Ini mengindikasikan bahwa market memiliki animo yang cukup tinggi,” jelasnya.
Menurut Anindya, tingginya animo masyarakat tersebut karena mereka mendambakan hadirnya perusahaan EV yang berkelanjutan di Indonesia. “Sebab, selama ini perusahaan kendaraan listrik yang untung bisa dihitung jari. VKTR termasuk salah satu perusahaan EV yang untung di Indonesia,” tegasnya.
Karena itu, Anindya melanjutkan, VKTR akan memulai industri kendaraan listrik dengan bermain di produksi bus listrik dan selanjutnya ekspansi ke kendaraan truk. Apalagi, di jenis kendaraan bus dan truk, Grup Bakrie melalui PT Bakri Autoparts, sudah berpengalaman selama 47 tahun membuat onderdil. Artinya, Grup Bakrie cukup punya keandalan di bidangnya meskipun non-EV.
“Jadi, kita lihat kita sudah ada prove of concept dengan 30 bus listrik Transjakarta plus 22 bus lagi ini udah bisa melantai. Sekarang tinggal scalability mau di-skalakan lewat IPO. Jadi, bukan hanya distribusi tapi juga produksi. Dan semua kita kerjasama dengan mitra strategis,” ungkap Anindya.
Untuk kebutuhan teknologinya, Anindya menyebut, VKTR menggandeng perusahaan kendaraan listrik asal Tiongkok yaitu BYD Co.Ltd. Sedangkan untuk produksi kendaraan listriknya, perseroan bekerjasama dengan perusahaan Karoseri Tri Sakti yang bertempat di Tempuran, Magelang. “Jadi, kita enggak usah coba-coba lagi karena ini berkaitan dengan public safety,” tegas Anindya.
Faktor lain yang mendukung performa mentereng VKTR di masa mendatang adalah minimnya kompetitor dan pengalaman 47 tahun di bidang onderdil merupakan modal penting yang memperkuat keyakinan perseroan. Kendati teknologinya berubah, tetapi kata Anindya autoparts-nya tetap sama.
Lalu, dari sisi ekosistem, Anindya melihat, ekosistem kendaraan listrik khususnya bus juga relatif mudah dibandingkan jenis kendaraan lain. Pasalnya, charging kendaraan bus cukup dilakukan di Depo selama 1,5 jam dan daya tahannya mampu menempuh jarak 350 km. Padahal di sisi lain, Transjakarta hanya mampu mencapai 250 km.
“Jadi, tidak seperti kendaraan lain yang mesti ada charging di mana-mana, cukup 1,5 jam, bus bisa beroperasi hingga 350 km karena bus kan besar,” jelasnya. (bsnn)