Berita Nasional

PT IMIP Dinilai tidak Transparan dalam Beraktivitas

PERUSAHAAN nikel yang beroperasi di seluruh Tanah Air, termasuk di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) tidak transparan mengenai aktivitasnya ke publik.

Peneliti Tambang dari Alpha Research Database (ARD) Indonesia, Ferdy Hasiman menilai, karena tidak adanya keterbukaan yang dilakukan perusahan asal China tersebut, banyak pihak termasuk sejumlah peneliti tidak pernah tahu seperti apa sistem dan peralatan kerja yang digunakan di wilayah pertambangan mereka. “Dan saya yakin teman-teman media juga kalau mau ke sana (PT IMIP) akan sulit masuk,” terangnya saat dihubungi dari Palu, Selasa (26/12).

Ferdy mengaku, tidak bisa menganalisis secara persis apa yang terjadi di kawasan industri nikel Morowali karena tidak pernah masuk ke dalam. Beda misalnya, bicara tentang pertambangan di Freeport, Vale, Aman Mineral, dan Adaro. “Semua perusahaan itu kita tahu karena kita lihat teknologi yang digunakan. Dan mereka semua punya SOP sangat ketat terkait security itu loh. Mitigasi resikonya juga mereka punya,” paparnya.

“Nah, yang perusahaan China itu kita tidak pernah tahu. Mereka menutup diri untuk tidak transparan,” sambung pengamat tambang itu.

Selama ini, lanjut Ferdy, ia sudah mendorong Forum Industri Nikel Indonesia agar menegur perusahaan China itu untuk transparan. “Tapi sampai saat ini, perusahaan China itu masih saja menutup diri,” ujarnya.

Oleh karena itu, Ferdy meminta Kementerian ESDM mengevaluasi secara menyeluruh seluruh perusahaan China khususnya di PT IMIP di Morowali. Karena jangan sampai, teknologi yang dibikin selama ini di site mereka adalah teknologi murah meriah. “Kita tahu China kan, yang penting semuanya diambil mereka tidak peduli teknologinya jenis apa mereka angkut saja. Dan risikonya terjadi sekarang, tenant itu berbahaya yah kalau tidak ada mitigasi dan SOP yang ketat gitu loh,” katanya.

Ferdy menjelaskan, secara umum aktivitas IMIP sudah diketahui. Namun, isi di dalamnya tidak pernah diketahui. “Ini saya benar- benar begitu tidak paham kenapa perusahaan itu tidak mau terbuka, saya mengkritik Kementerian ESDM kenapa perusahaan itu tidak mau terbuka sama publik Tanah Air,” tanyanya.

“Pasti ada yang mereka sembunyikan. Itu kan tidak boleh. Publik harus tahu, karena ini Sumber Daya Alam kita sendiri gitu loh,” Ferdy tidak menampik, bahwa berdasarkan laporan sejumlah lembaga swadaya masyarakat melaporkan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di kawasan industri nikel PT IMIP sangat buruk.

“Benar. K3 di sana sangat buruk, mereka mau ambil untung saja. Kita enggak ngerti sama rezim presiden sekarang, ngejar terlalu banyak investasi tapi dia enggak pikiran kualitas. Akhirnya korban berjatuhan,” sebutnya.

Menurut Ferdy, perusahaan China sangat buruk investasinya di Tanah Air. Di mana, mereka mau ambil SDA sebanyak-banyaknya, tetapi tidak mempertaruhkan kualitas. Dan parahnya tidak ada social impact.

“Justru kalau investasi itu harus ada efek sosialnya. Ada efek ke masyarakat begitu,” katanya. “Ini yang ada pekerjanya diangkut dari luar dan teknologinya kita tidak tahu. Akibatnya kita meraba-raba sekarang.

Dan mereka sangat menutup diri,” tambahnya. Ferdy menilai, ini bukan soal penerimaan negara dari hasil investasi di Indonesia. Namun, dampak sosial itu jauh lebih penting. Pasalnya, jika perusahaan baik pengelolaannya pasti mengajak orang melihat ke dalam, sehingga dapat penjelasan.

Tapi faktanya di PT IMIP sangat tertutup. “Nah, sistem komunis China itu sangat tidak transparan dan tidak boleh diterapkan di negara demokrasi. Mereka salah dan harus beradaptasi dengan negeri ini,” tegasnya.

Ferdy juga mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo yang suka menawarkan investasi ke China untuk masuk ke Tanah Air. Hasilnya, nikel Indonesia dikuasai China. “70 persen mereka kuasai nikel kita. Kita mau dapat apa dari situ. Dan presiden selalu mengagungkan China,” pungkasnya. (bsnn)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button