
Sebuah pesan masuk di ponselku. Berisi undangan makan malam. Yang mengundang bukan orang sembarangan. Seorang perempuan hebat yang dimiliki Wakatobi. Undangan itu sesungguhnya tidak ditujukan ke saya pribadi. Melainkan rekan sekantorku, yang sudah dianggap kakak oleh sang tuan rumah. Rekan sekantorku mengajak kami. Dan untuk pertama kalinya, saya mengenal dan berbincang langsung dengannya.
Ia sosok yang hangat. Menyambut seolah kami semua adalah kawan lama yang baru berjumpa lagi. Berbincang dengannya, kita merasa seperti kawan terdekatnya.Usai makan malam dengan suguhan parende dan ikan bakar khas Wakatobi, kami berdua lalu larut dalam diskusi panjang. Kami serta merta berada di server yang sama ketika membincang beberapa hal. Tentang buku. Tentang kerabat. Tentang jejaring. Tentang politik. Topik terakhir ini menyita paling banyak waktu berbincang kami.Ia punya cita-cita mulia, membangun kampung halamannya, Wakatobi. Ia butuh satu lompatan lagi di gelanggang politik untuk mewarnai pembangunan kampung halamannya.
Ia bagian dari sedikit politisi lokal di Sultra, yang mewakili perempuan. Satu-satunya perempuan Wakatobi yang tampil di panggung politik daerah kepulauan itu. Ia adalah Wa Sungke. Ibu Ilmiati Daud. Wakil Bupati Wakatobi.***
Penulis : Andi Syahrir