Catatan Perjalanan

Jejak Cerita Konawe Utara dan Ruksamin di Kolaka

Catatan lepas : Ridwan Demmatadju/Chief Editor Beritasulawesi.co.id

Dua minggu lalu tetiba saya di WA Haeril, sahabat saya sejak dia datang di Kolaka menjadi guru Seni Budaya di SMA Negeri 1 Kolaka.Dia alumni seni rupa UNM di Makassar, sementara saya alumni sastra Indonesia yang hanya ikut program minor seni rupa, saat itu masih IKIP Ujungpandang, saya mengenal Haeril sejak di Makassar, tapi pertemanan kian akrab itu nanti di Kolaka.Dia mengirim pesan, mengajak jadi dewan juri di Lomba Melukis PORSENI Tingkat Provinsi yang diadakan PGRI Sulawesi Tenggara, tempatnya di Konawe Utara.Sebelum saya setuju dimasukan sebagai dewan juri tentu saya mengajukan beberapa pertanyaan dan semua dijawab sesuai dengan bayangan pikiran tentang jarak tempuh dari Kolaka-Konawe Utara.Pertanyaan lain tentu berkaitan dengan nilai dan manfaat yang kami dapatkan.Semula saya berharap pakai standar tertinggi, namun karena untuk keberlanjutan dan ada keinginan untuk mengembalikan esensi dari kompetisi lukis yang sesungguhnya.Akhirnya saya sepakati semua tawaran pihak penyelenggara melalui Haeril.

Pelaksanaan lomba Selasa,13/12/2022, tapi pihak penyelenggara lewat Ibu Suraidah, meminta kami bertiga untuk ikut teknical meeting pada sehari sebelum pelaksanaan lomba.Tepat pukul 09.00 pagi saya menjemput Ahmaruddin Haruna atau kerap disapa Anggi, dia juga alumni UNM Seni Rupa, dan Pasca Sarjananya di FSD ITB Bandung, 2008, soal jam terbang mengikuti lomba lukis kaligrafi kontenporer sudah mentok di level nasional.Sementara Haeril pun demikian soal karya tidak ada yang perlu diragukan, sejak mahasiswa dia selalu mewakili UNM Makassar di Pekan Seni Makasiswa Tingkat Nasional.Selalu dia juara.Sementara saya tak banyak catatan untuk menyatakan diri layak jadi juri lomba lukis.Untuk urusan ini, saya hanya bermodal nama dan sejarah kepenulisan kritik seni di media zaman mahasiswa, saat itu memang ulasan seni rupa,tari,teater dan sastra nyaris tiap minggu menghiasi halaman rubrik budaya Harian Pedoman Rakyat dan Harian Fajar Minggu.Dua media inilah yang tanpa saya sadari membangun reputasi saya sebagai penulis kritik seni di Sulawesi Selatan, hingga akhirnya saya sempat berkarir di Harian Pagi Kendari Pos (1999-2006).Hampir 7 Tahun jadi jurnalis lalu saya lolos jadi PNS di SMA Negeri 1 Latambaga.

Perjalanan ke Konawe Utara, sejatinya kali pertama saya, sebelumnya saya hanya menyisir sampai di desa terpencil untuk meliput peristiwa pembunuhan .Saat itu belum ada pemekaran, masih dengan nama Unaaha.Dari Kolaka menuju Konawe Utara, kami melintasi jalur Pohara, menyusuri jalan beraspal beton sampai masuk pintu gerbang batas Konawe dan Konawe Utara.

Sepanjang pemandangan di kawasan pabrik milik PT.Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI).Sedikit cerita,Kawasan Industri Virtue Dragon diprakarsai oleh Jiangsu Delong Group pada 2015, atau dua tahun setelah “Belt & Road Initiative” (BRI) dicetuskan. Indonesia-Tiongkok bekerja sama dalam BRI yang mendorong lebih banyak perusahaan modal Tiongkok untuk berinvestasi di negeri ini.

Melihat potensi nikel sangat besar di Sulawesi Tenggara, maka Jiangsu Delong Group masuk ke Indonesia untuk memproses bijih nikel menjadi feronikel, sehingga Indonesia tidak lagi mengekspor dalam bentuk bahan baku. Proses pengolahan bahan baku bijih nikel menjadi feronikel memberikan nilai tambah 14 kali lipat. Apabila diolah menjadi stainless steel, nilai tambahnya menjadi 19 kali lipat, karena nilai ekspor stainless steel dapat mencapai US$ 20,8 miliar atau Rp 4,57 triliun pada 2021.

Ini sedikit cerita soal industri pertambangan di konawe, belum yang di Konawe Utara, sebagai kawasan tambang terbesar di Sulawesi Tenggara, sebagai mana dilansir di media Tribun Sultra, BPS Sultra menyebut 50 perusahaan tambang yang beroperasi di Konawe Utara. Kemudian, secara administratif Kabupaten Konawe Utara terdiri dari 13 kecamatan. Kecamatan Wiwirano adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 968,06 km2. Selain itu, wilayah Kabupaten Konawe Utara juga terbagi atas 159 desa dan 11 kelurahan.Begitulah gambaran Konawe Utara.

Perjalanan kami bertiga selama 8 jam, karena tepat pukul 16.00. Mobil avanza silver yang kami gunakan sudah parkir di halaman SD Negeri 2 Molawe, tanpa jedah kegiatan technical meeting pun berjalan selama satu jam lebih, tentu banyak pertanyaan dari peserta lomba dan semua terjawab tuntas.Saya lebih banyak memberikan masukan soal pelaksanaan kegiatan dan berharap ke depannya akan lebih baik.Ada 14 peserta lomba lukis Porseni PGRI tingkat provinsi ini, yang ikut berkompetisi di Selasa (13/12).Soal siapa juaranya nantikan saja di malam penutupannya.Meski ada beberapa teman guru yang meminta bocoran hasil lomba.Tapi, sampai tulisan ini saya buat, tidak saya bocorkan kepada siapa pun juga.Yang pasti yang juara pastilah yang terbaik.

Hampir dua hari saya di Konawe Utara, setibanya di sana saya menyempatkan bertemu mantan direktur pemasaran Perumda Konasara, saya menyapanya Ari, dia terkenal garang jika menyampaikan protesnya.Sudah hampir magrib, kami bertiga dijamu dengan kopi dan jus.Dari tempatnya Adinda Ari ini kami pun bertolak ke rumah nginap yang disiapkan panitia,letaknya di pesisir pantai.Malamnya, saya menyempatkan diri menghubungi Direktur Utama Perumda Konasara, BUMD Milik Pemda Konawe Utara, via whatssap.”Saya di Jakarta dinda” tulis Kak Yusran Taridala.

Tak sempat bertemu dengan Pak Dirut BUMD Konawe Utara,tapi tadi malam saya justeru ketemu dengan Bupati Konawe Utara Dr. Ir. H. Ruksamin, ST., M.Si.,IPU., ASEAN.Eng, di sebuah warkop di bilangan jalan Tamalaki Kolaka.Percakapan pun begitu singkat karena padatnya agenda pertemuannya, bertukar nomor handphone itu pasti dan kami swafoto sembari kami antar sampai ke mobilnya.

Kolaka,17/12/2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button