Rupiah Melemah Lagi, Analis: Akibat Tekanan Perang Dagang

Nilai tukar rupiah terpantau kembali melemah di awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10.00 WIB, rupiah melemah 0,30 persen (51 poin) menjadi Rp16.857 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, rupiah tercatat menguat di level Rp16.806 per dolar AS. Penguatan rupiah disebabkan indeks dolar AS yang bergerak melemah sepanjang.
“Pagi ini nilai tukar regional bergerak melemah terhadap dolar AS. Kelihatannya konsolidasi terjadi lagi, pasar masih khawatir dengan masa depan ekonomi global,” kata Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, Selasa (22/4/2025).
Kekhawatiran pasar masih dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif Trump. Meskipun Trump sudah melakukan relaksasi dan membuka negosiasi.
“Sehingga rupiah berpotensi melemah lagi hari ini terhadap dolar AS. Potensi pelemahan ke arah Rp16.850, dengan potensi support Rp16.750 per dolar AS,” ujar Ariston.
Sementara Tim Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat sejumlah katalis belum mampu mendongkrak rupiah terhadap dolar AS. “Indeks dolar AS yang terus menurun dan surplus neraca perdagangan Indonesia yang cukup tinggi belum bisa mendorong penguatan rupiah yang signifikan,” kata Kepala Ekonom Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto
Menurut Rully, indeks dolar AS pada Senin kemarin berada di posisi 98,270 . Data neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD4,96miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang sebesar USD2,9 miliar.
“Namun perkembangan tersebut belum mencerminkan dampak dari perang dagang. Karena Trump baru menerapkan tarif dasar 10 persen terhadap semua barang impor pada awal April,” ucap Rully.
Mirae Asset Sekuritas memperkirakan dampak tensi perang dagang baru akan terasa di data neraca perdagangan bulan April. “Diperkirakan akan terjadi penurunan surplus neraca perdagangan mulai bulan April akibat ketegangan perdagangan,” ujar Rully menutup analisisnya (bsnn)