Bangun PTN Islam Indonesia Harus Utang Rp10 Triliun ke Arab Saudi
Pemerintah Indonesia ternyata harus berutang senilai Rp10 triliun ke Arab Saudi untuk membangun Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Islam di berbagai wilayah di Indonesia.
Dana Rp10 triliun tersebut bersumber dari Islamic Development Bank (IsDB) sebesar Rp 7,3 triliun dan Saudi Fund for Development (SFD) Rp 2,7 triliun.
“Total pinjaman kita dari IsDB untuk membangun kampus-kampus di Indonesia adalah sebesar Rp 7,3 triliun. Untuk pinjaman sekarang ini yang masih aktif Rp 2,75 triliun, itu artinya yang tidak aktif sudah kita bayar kembali,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati saat memberi sambutan di acara ground breaking Kampus III UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Minggu (22/1/2022).
Sri Mulyani menjelaskan, melalui utang yang diberikan IsDB, pemerintah telah membangun UIN Alauddin Makassar, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Raden Fatah Palembang, UIN Walisongo Semarang, UIN Mataram, UIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Raden Intan Lampung, IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, IAIN Antasari Banjarmasin, IAIN Imam Bonjol Padang, dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
“Itu kita bangun semuanya dengan uang negara. Memang dipinjami dulu, tapi kita bayar pakai uang negara,” tegas Sri Mulyani.
Sedangkan utang dari SFD digunakan untuk pembangunan Kampus III UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang saat ini masih berjalan, serta pembangunan universitas Islam lainnya.
Namun, ditegaskan Sri Mulyani, pembiayaan pembangunan perguruan tinggi negeri lewat APBN masih lebih besar melalui surat berharga syariah negara proyek atau project based sukuk.
“Ada 199 proyek yang didanai sepanjang 2015-2023. Nilainya Rp9,6 triliun, jadi lebih besar dari IsDB dan SFD,” ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, pembangunan tidak boleh menunggu sampai negara kaya, karena tidak akan kaya kalau tidak ada pembangunan.
“Jadi ini seperti telur dan ayam,” tuturnya.
Melalui pembangunan yang terus dilakukan, diharapkan Indonesia sudah menjadi negara maju saat nanti merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-100 tahun.
“Maka kita perlu investasi hari ini pada saat penduduk kita demografinya masih muda. Kalau generasi yang masih muda tidak dilakukan investasi di bidang pendidikan kali ini, masa tua mereka akan sengsara. Jadi investasi dan pembangunan memang tidak boleh ditunda dan instrumen APBN adalah instrumen yang sangat penting,” pungkasnya. (bsnetwork)