Catatan Ridwan DemmatadjuOpiniPolitik

Adu Kuat Uang di Baliho, Jalan Panjang Jadi Bupati Kolaka.

Oleh :Ridwan Demmatadju

Banyak cara untuk jadi pemenang di arena Pemilihan Kepala Daerah, semisal Bupati, Walikota dan Gubernur.Salah satu cara yang sudah lazim dipakai adalah dengan pasang baliho dengan slogan bombastis dengan foto terbaik tentunya.Pasanglah dibeberapa titik dari pusat kota sampai ke pelosok desa terpencil.Jumlahnya bisa ratusan dengan biaya bisa ratusan juta juga.Apatahlagi jika ukurannya besar dan di titik strategis,pasti ada biaya pajak reklame yang harus keluar dari kantong calon Bupati,Walikota atau Gubernur.Biaya publikasi luar ruang ini terbilang besar belum lagi saat masuk tahapan kampaye dengan pengerahan massa ini lebih besar lagi biayanya.

Mari kita lihat sebaran baliho bakal calon Bupati Kolaka dan Gubernur Sulawesi Tenggara di tengah kota Kolaka.Unjuk kekuatan lewat besar dan banyaknya baliho balon ini apakah bisa dibaca, seberapa besar peluang dan kekuatan finasialnya? Dalam komunikasi politik semua bisa dibaca segala bentuk tanda dan simbol yang ditampilkan di ruang publik, dengan pakai logika sederhana saja semua dapat dianalisa dan disimpulkan setiap peristiwa yang memunculkan tanda dan simbol politik dari setiap bakal calon itu.Saat ini, kita bisa menjumpai baliho Heriyanto Suaib, Amri,Qodratullah,Yahya Darise.Nama-nama ini, terbilang baru terjung di dunia politik.

Sementara Jayadin, sebagai wakil bupati Kolaka dua periode bersama Ahmad Safei dengan tagline SMS Berjaya ini tak ada pilihan selain harus maju jadi calon Bupati Kolaka.Posisi Jayadin selama 10 Tahun ini bersama sampai akhir masa jabatannya Ahmad Safei sebagai Bupati belum pernah pecah kongsi, tetap harmoni dalam memimpin Kabupaten Kolaka.Hitungan politik sederhana saja, peluangnya akan terbuka, dan tak perlu pasang baliho yang menguras isi kantong.Maka wajar saja jika Jayadin yang masih Wakil Bupati Kolaka balihonya tidak begitu banyak terpasang.

Sedangkan nama Asmani Arief, politisi perempuan juga nyaris belum ada balihonya terlihat.Naman Asmani Arief, memang tidak perlu mengejar popularitas, dia sudah dikenal sebagai calon Bupati Kolaka (Barani) melawan petahana Ahmad Safei-Jayadin, meski harus menelan pil pahit atas kekalahannya.Tak lolos jadi Bupati Kolaka, karir politiknya toh tidak habis sampai disitu,ia pun terpilih sebagai anggota DPRD Kolaka lewat besutan Partai PKS.Dua nama ini meski belum pasang baliho besar dia tidak bisa dianggap tidak punya kekuatan untuk menang di Pilkada Kolaka kelak.

Selain nama-nama di atas tadi, ada juga Husmaluddin, anak salah satu Kepala Desa di Kolaka, latar belakang pengusaha membawanya jadi anggota DPRD Kolaka, lewat Partai Amanat Nasional (PAN) dan menjabat sebagai wakil ketua DPRD Kolaka, usianya masih terbilang muda.Sependek pengetahuan saya sebagai penulis, namanya belum populer di akar rumput.Justeru nama bapaknya yang lebih populer sebagai pengusaha tambang, lantaran banyak disorot media.Selama ini, orang memastikan Tasman lah yang akan maju sebagai bakal calon Bupati Kolaka, namun beberapa bulan lalu justeru anaknyalah yang mendeklarasikan diri untuk maju sebagai balon Bupati Kolaka.Kegiatan deklarasinya pun dihadiri sejumlah kepala desa dan tersebar di media sosial.Kehadiran sejumlah kepala desa itupun menuai sorotan dari sejumlah kalangan elit birokrasi di lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka.Kehadiran sejumlah kepala desa, agaknya sulit dihindari atas undangan Ketua APDESI Sulawesi Tenggara.Tak lain bapak dari Husmaluddin.😁 Tapi ibarat anjing menggong kafilah tetap berlalu.Dari peristiwa ini memunculkan tanda bahwa, kekuatan ratusan kepala desa di Kolaka itu, akan jadi mesin politiknya?

Yang Pasti, pertarungan calon Bupati Kolaka bakal seru dan menyita perhatian, juga menguras tenaga,pikiran dan uang.Keseruan itu, disebabkan semua bakal calon adalah orang baru kecuali Jayadin dan Asmani Arief.Taktik dan strategi akan dimainkan secara power full, oleh tim sukses untuk menguasai, opini publik juga merebut dukungan dari seluruh unsur tokoh masyarakat di Kolaka.

Menguasi opini publik memang terlihat sederhana namun kerja ini jika tidak tepat sasaran maka hanya menguras semua kekuatan.Tahapan ini sedang berlangsung di jagat nyata dan maya, dengan aneka rupa tampilan balihonya, Model pembentuk opini lewat citra visual di baliho ini, memang jadi menarik perhatian publik selanjutnya jadi bahan diskusi warung kopi bahkan jadi obrolan ibu-ibu yang lagi menunggu penjual sayur di lorong-lorong kelurahan di Kolaka.Sementara di media sosial tak lebih senyap bergerak untuk menyebarkan foto figur bakal calon.Semua terlihat masih biasa-biasa saja, belum ada tampilan kemasan baliho yang lebih kreatif dan cerdas dalam pandangan penulis.Tujuan pemasangan baliho sejatihnya sederhana saja, memperkenalkan sekaligus bentuk pernyataan dari setiap orang yang ingin maju sebagai bakal calon, tidak lebih dari itu.Soal ukuran besar atau tidak itu tidak penting dimata publik.Karena sebagian masyarakat Kolaka saat ini sudah cerdas, menilai dan memastikan pilihannya nanti.Baliho dengan jargon,slogan bombastis justeru akan jadi bahan untuk menjatuhkan tingkat keterpilihannya.Pada frame ini memang dibutuhkan orang-orang yang berpengalaman untuk mengendalikan serangan darat dan udara jika ingin menangkan pertarungan di Pilkada Kolaka 2024.

Wacana Pilkada Kolaka, telah bergulir meski sebatas perang baliho namun sejumlah gerakan bawah tanah gerbongnya sudah bergerak pelan dengan melibatkan sejumlah orang dan elit partai secara terselubung.Harus terselubung, karena kepastian untuk partai pengusung dan koalisasi masih sumir untuk dibicarakan.Terlalu pagi, makanya sah-sah saja jika ada sejumlah elit partai yang menjalin komuniksi dan loby-loby politik.Ini juga penting dibangun oleh bakal calon bersama tim suksesnya.Ujung dari perang baliho ini masih panjang dan akan dilihat hasilnya pasca Pemilu Caleg, siapa partai yang bisa meloloskan calegnya di DPRD Kolaka maka dengan perolehan kursi mencukupi 1 fraksi maka dari situlah penentuannya, apakah pintu partai ini bisa digunakan untuk mengusung calonnya, jika tidak jangan berharap.Begitulah alur politiknya, tuntas dan menangkan partainya lalu gunakan pintunya untuk maju bertarung.Langkah politik harus dihitung secara terstruktur, sistematis dan masif itu rumus menang pilkada dan kekuatan logistik.Karena bicara politik tanpa logistik sama saja menggarami laut.

Penulis, pernah bekerja sebagai jurnalis di Harian Kendari Pos tinggal di Kelurahan Watuliandu.

Watuliandu, 21 September 2022

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button