Jokowi : Perkirakan Rakyat Akan Rusuh jika Indonesia Lockdown Saat Awal Pandemi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan masyarakat bakal rusuh jika diputuskan lockdown saat awal pandemi Covid-19. Hal itu disampaikan Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) Tahun 2023, Kamis (26/1/2023).
Mulanya, Jokowi menuturkan, saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia pada 2020 lalu, tidak ada satu pun yang memiliki pengalaman menghadapi pandemi. Bahkan, kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO berubah-ubah.
Saat itu, kata Jokowi, muncul tekanan dari banyak pihak mulai dari menteri, DPR, dan partai yang memintanya untuk mengambil kebijakan lockdown seperti yang dilakukan negara lain.
“Pada saat memutuskan lockdown atau enggak lockdown, rapat menteri 80 persen, ‘Pak, lockdown karena semua negara memang melakukan itu’. Enggak dari DPR, enggak dari partai, Semuanya. Lockdown,” kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) Tahun 2023 yang disiarkan Sekretariat Presiden, Kamis (26/1/2023).
Jokowi mengatakan, dalam situasi krisis dan penuh tekanan, diperlukan kejernihan berpikir untuk mengambil keputusan. Dijelaskan, keputusan yang terburu-buru justru akan menimbulkan kesalahan. Jokowi memperkirakan jika saat itu diputuskan lockdown, dalam waktu dua atau tiga minggu rakyat akan rusuh karena tidak dapat mencari nafkah.
“Coba saat ini misalnya kita putuskan lockdown, hitungan saya dalam dua atau tiga minggu rakyat sudah enggak bisa, enggak memiliki peluang, kecil untuk mencari nafkah. Semuanya ditutup. Negara tidak bisa memberikan bantuan kepada rakyat, apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh,” katanya.
Menurut Jokowi hal itu yang menjadi pertimbangannya untuk memutuskan tidak lockdown. Jokowi mengaku menjalani semedi selama tiga hari untuk memutuskan tidak lockdown tersebut.
“Saya semedi tiga hari untuk memutuskan apa ini. apakah harus lockdown atau tidak. Karena memang betul-betul tidak memiliki pengalaman mengenai ini. Dan pada ditekan dari sisi pandemi pada saat yang sama juga ditekan dari sisi ekonomi. Bayangkan penerimaan negara anjlok 16 persen pada belanja harus naik 12 persen. gimana coba?,” katanya. (k12)