Teknologi
Bisakah ChatGPT Menggeser Peran Guru di Ruang Kelas?
Oleh : Tantan Hadian, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNINUS, Chemistry Teacher, Tinggal di Kota Moci

ChatGPT adalah singkatan dari Chat Generative Pre-trained Transformer, yaitu sebuah model bahasa alami (NLP). NLP sendiri adalah singkatan dari Natural Language Processing, yang merupakan sebuah cabang dari ilmu komputer dan kecerdasan buatan yang berfokus pada pemahaman, pengolahan, dan bahasa manusia secara alami.
NLP mencakup berbagai teknik dan algoritma untuk mengubah bahasa manusia menjadi representasi komputasi dan menghasilkan respons atau output yang berarti dalam bentuk bahasa manusia. NLP digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti chatbot, penerjemahan bahasa, pengenalan suara, dan banyak lagi. ChatGPT ini dikembangkan oleh OpenAI (Artificial Intelligence) yang dirilis pada tahun 2020.
Dalam perkembangannya ChatGPT ini sudah banyak digunakan oleh para pengguna, sebagaimana diberitakan liputan6.com pengguna ChatGPT per Januari 2023 sudah mencapai 100 juta pengguna. Sebuah perkembangan yang luar biasa melampaui para pengguna tiktok dan aplikasi lainnya, entah itu hanya coba-coba atau memang menggunakan ChatGPT ini untuk keperluan masing-masing.
Untuk menggunakan ChatGPT ini kita tinggal mengakses https://chat.openai.com/ dan melakukan registrasi sebagaimana kita melakukan registrasi pada aplikasi-aplikasi yang lain. Dan bisa langsung digunakan tanpa harus menunggu berjam-jam atau berhari-hari untuk menggunakannya.
ChatGPT akan merespons dengan cepat setiap pertanyaan-pertanyaan yang kita berikan, walaupun ada beberapa pertanyaan yang secara jujur tidak bisa dijawab oleh ChatGPT yang informasinya minim didapatkan melalui data base dunia internet, atau untuk perkembangan sekarang versi ChatGPT gratis hanya bisa mengakses data sampai tahun 2021 saja.
Keberadaan ChatGPT ini menjadi ancaman bagi search engine seperti google dan sejenisnya, sehingga mau tidak mau mereka harus mengembangkan hal serupa dan atau memungkinkan bisa lebih canggih dari OpenAI ini.
Bagi guru yang hanya sekadar memberikan pengajaran tentang pengetahuan keilmuan saja, maka sudah bisa dipastikan akan tergerus oleh teknologi ChatGPT ini.
Pendidik Harus Mengenal Teknologi ChatGPT
Bagi dunia pendidikan perkembangan teknologi seharusnya bukan sebuah ancaman yang harus ditakuti, namun perkembangan ilmu pengetahuan harus diikuti dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran peserta didik.
Namun demikian, bagi mereka yang tidak mau mengikuti perkembangan akan dilibas oleh zaman dan keberadaannya akan dianggap tidak ada atau akan menjadi dibodohi oleh mereka yang pandai mengikuti perkembangan termasuk oleh peserta didik sendiri.
Pekerjaan-pekerjaan guru atau dosen akan dapat terbantu jika guru atau dosen bisa memanfaatkan teknologi ChatGPT ini. Sebagai contoh seorang guru kimia akan membuat soal hitungan tentang stoikiometri dengan dengan jumlah soal sebanyak 10 sudah dengan kunci jawabannya.
Maka dengan bantuan ChatGPT ini tinggal berikan perintah yang spesifik tentang pembuatan soal tersebut dan bisa di-generate beberapa kali dengan soal dan bahasa yang berbeda. Maka dalam hitungan detik kita akan mendapatkan soal tersebut tanpa harus ketik ulang lagi. Memudahkan bukan?
Namun demikian, guru pun harus begitu cermat dalam memberikan soal atau tugas kepada murid, jangan sampai soal atau tugas yang diberikan oleh guru atau dosen tersebut bisa mereka kerjakan dengan tanpa berpikir dan selesai dalam hitungan detik juga.
Kenapa demikian? Karena dengan mereka mengetikkan soal, atau tugas yang kita berikan di ChatGPT mereka langsung dapat jawabannya dengan tanpa mereka harus bersusah payah, itu artinya sebagai guru/dosen tidak bisa menilai kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran secara benar.
Peran Guru yang Tidak Akan Tergantikan oleh ChatGPT
Meskipun teknologi ChatGPT dapat memberikan akses ke informasi dan sumber yang sangat banyak, guru tetap memiliki peran yang sangat penting di era ini.
Berikut adalah beberapa peran penting guru dalam era ChatGPT. Pertama, membantu siswa memahami dan mengevaluasi informasi. Meskipun ChatGPT dapat memberikan jawaban dan informasi yang akurat, namun guru dapat mengarahkan bagaimana proses informasi itu bisa didapat, sehingga siswa dapat dilatih untuk berpikir kritis dan bijak dalam menerima informasi yang diberikan oleh ChatGPT.
Kedua, meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosial. Keterampilan interpersonal dan sosial tidak akan bisa diajarkan oleh teknologi, hanya manusia itu sendirilah yang bisa mengasah keterampilan tersebut. Seperti halnya keterampilan berkomunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting di era ChatGPT ini. Guru lah yang akan bisa membentuk kepribadian siswa ini di sekolah.
Ketiga, memberikan motivasi dan dukungan. Manusia bukanlah robot, manusia punya hati dan perasaan, ada kalanya manusia gembira, sedih, kecewa, marah, dan merasakan cinta. Pemberian motivasi dan dukungan bagi siswa atas dirinya di kelas hanya bisa diberikan oleh guru dan teman-temannya di kelas. Guru sebagai sebagai motivator dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk mencapai tujuan mereka dan mengatasi rintangan yang mereka hadapi.
Keempat, menyediakan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik dalam pembelajaran baik itu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik/keterampilan dan kemampuan afektif atau sikap. Dengan memberikan umpan balik, guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan diri dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Kelima, sebagai fasilitator dan penghubung antara siswa dan teknologi. Benar salahnya informasi yang diberikan oleh ChatGPT belum tentu siswa memahaminya, mereka akan menelan mentah-mentah informasi yang disajikan. Untuk pengujian kebenaran informasi tersebut maka guru bisa berperan sebagai fasilitator dan penghubung antara siswa dan teknologi tersebut.
Keenam, membantu siswa dalam mengaplikasikan keilmuan tertentu. ChatGPT hanya memberikan informasi, dalam mengaplikasikan informasi yang diberikan peran guru sangat diperlukan sehingga benar-benar siswa bisa mandiri dan bisa mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan.
Ketujuh, membantu siswa dalam mengembangkan nilai-nilai moral dan etika. ChatGPT tidak bisa melakukan itu semua, guru dapat membimbing siswa untuk memahami dampak sosial dan lingkungan dari teknologi, serta membantu siswa untuk mengembangkan sikap yang bertanggung jawab dan etis dalam penggunaannya.
Meskipun AI seperti ChatGPT dapat membantu dalam proses pembelajaran, peran guru sebagai pendidik masih memegang peran penting di sekolah dan tidak akan tergeser oleh teknologi apapun, oleh karena itu paradigma pembelajaran benar-benar harus berubah. Pembelajaran teacher-center harus sudah ditinggalkan, guru sebagai motivator dan fasilitator sangat diperlukan pada era zaman sekarang ini.
Teknologi secanggih apapun dalam pendidikan hanyalah sebuah tool dalam pembelajaran. Kepiawaian seorang guru dalam menggunakan teknologi tersebut dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan bersama.