Jurnalisme Warga Terngiang Sampai Istana

Massifnya konten media sosial di era digital saat ini di negara kita Indonesia sebenarnya merupakan sebuah legasi pilar Demokrasi tercipta dengan alur utama jejaring media sosial, bukan hal baru produk konten kreasi warga dari sekedar hiburan, bisnis dan juga kritik sosial seakan-akan telah mengubah peran pers mainstream.
Jurnalisme warga yang disokong oleh app media digital mulai dari Facebook, Whatsapp, Twitter, Instagram, Youtube, Tiktok secara cepat memberikan alur baru perubahan dari konvensional ke hal yang lebih progresif.
Digitalisasi ruang kehidupan masyarakat, rakyat tercipta kreasi yang dimaknai sebagai perubahan pola komunikasi sosial dan lebih efektif dalam kehidupan politik kalau ter manfaatkan oleh yang melek dan berbuat dengan komunikasi lewat media sosial.
Anekdot yang muncul di kehidupan politik “Konten Media Sosial Telah Menggantikan Konten Konvensional” dan lebih memberikan efek serta terjangkau, tergantung literasi, narasi yang di kreasikan untuk segmen politik.
Seperti nya ini yang tidak disadari oleh politisi yang boleh dikata kurang membaca tanda tanda zaman, ketika konten aplikasi media online telah mematikan media koran cetak konvensional yang dulu era nya pernah menjadi mainstream utama penyediaan informasi.
Mengandalkan baligho, banner untuk media sosialisasi di era digitalisasi online system untuk sosialisasi, pastinya akan tertinggal ketika internet telah menjangkau pelosok desa, kalau hanya untuk tujuan sosialisasi.
Konten kreasi applikasi digital yang di buat dan disebar secara massif lewat online boleh dikata telah menggantikan media konvensional, seperti spanduk kain, baligho vinil dan banner yang untuk membuat nya dan menjadi media sosialisasi butuh waktu lama, mesti di rangkai dulu kalau misalnya ukuran nya besar, terpasang di sudut jalan yang dianggap strategis walau kadang mengganggu pandangan pengendara yang terhalangi pandangan nya karena adanya baligho yang terpasang bukan ditempat semestinya, belum lagi baligho yang terpaku dan menempel di pohon pohon.
Konklusi, pada akhirnya konvensional akan tergantikan oleh yang progresif, untuk hal yang terkait media sosialisasi di era baru digitalisasi online sistem, Videotron sudah menyerah dengan tik tok ketika aplikasi Tik tok muncul waktu itu, yang langsung ter digitalisasi lewat applikasi.
Ibarat Kura Kura di pertandingkan dengan Burung Onta di Padang Pasir, anekdot media Al Jazeera waktu itu dengan munculnya applikasi media mulai menggeser media konvensional cetak, Koran, Videotron, Spanduk hanya dengan satu applikasi digital, apalagi saat ini sudah banyak applikasi. (red)