Efisiensi Anggaran Disorot Setelah Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87% secara tahunan atau year on year (yoy), menurun dari 5,02% pada kuartal IV 2024. Angka ini masih berada di bawah target pemerintah, tetapi sedikit di atas proyeksi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,85%.
Ekonom Senior Indef Aviliani menilai, kebijakan efisiensi anggaran yang bertepatan dengan momen Idulfitri dan libur Lebaran menjadi salah satu faktor utama yang menahan laju pertumbuhan ekonomi.
“Sayang sekali, efisiensi dan pengalihan anggaran tidak mempertimbangkan adanya jeda waktu (time lag). Akibatnya, ada anggaran pemerintah yang tidak segera tersalurkan, baik dari APBN maupun APBD,” ujar Aviliani. Selasa (6/5/2025).
Ia menjelaskan, keterlambatan realisasi belanja pemerintah menyebabkan perputaran ekonomi terhambat, sehingga target pertumbuhan 5% pun meleset. Menurutnya, dana yang dialihkan seharusnya segera digunakan untuk mendukung aktivitas ekonomi lain agar tidak menimbulkan kekosongan belanja.
Dari sisi konsumsi, Aviliani mencatat adanya pelemahan daya beli, terutama di kalangan kelas menengah bawah yang mengalami penurunan pendapatan. Meski begitu, konsumsi dari kelas menengah atas dan atas yang relatif stabil tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
“Konsumsi masih menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun kelas menengah bawah mengalami tekanan pendapatan. Untungnya, konsumsi dari kelas menengah atas tetap kuat dan menopang angka pertumbuhan,” jelasnya terkait pertumbuhan ekonomi.
INDEF menilai bahwa momen Lebaran sangat krusial bagi perekonomian Indonesia karena konsumsi masyarakat cenderung meningkat signifikan. Hal ini tercermin dari proyeksi Indef yang mendekati angka pertumbuhan aktual.
Di sisi lain, Aviliani mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I juga didukung oleh kenaikan harga komoditas emas dan tambang, terutama di wilayah luar Jawa seperti Papua dan Sulawesi.
“Terkait ekspor, karena harga emas dan tambang sedang naik, maka pertumbuhan ekonomi di Papua dan Sulawesi cukup tinggi,” tambahnya.
Menghadapi kuartal II 2025, Aviliani mengingatkan pemerintah agar lebih cermat dalam mengelola kebijakan fiskal. Tanpa momen perayaan besar, seperti Lebaran, pemerintah harus mempercepat realisasi anggaran agar pertumbuhan ekonomi tidak kembali melambat. (bsnn)