Opini

Orang Indonesia Agaknya Paling Gampang Melibatkan Tuhan

Semestinya Bisa Diselesaikan Oleh Pak RT

Ada kebiasaan yang pelan-pelan tumbuh menjadi budaya: setiap masalah, sekecil apa pun, sering kali langsung dibungkus dengan kata “tawakal”, “pasrah”, atau “semoga Tuhan yang selesaikan”. Padahal, banyak persoalan yang sebenarnya bukan urusan langit, tetapi urusan meja rapat warga, administrasi desa, atau keputusan konkret di tingkat RT.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana sebagian orang menjadikan Tuhan sebagai tempat pelarian dari tanggung jawab sosial. Bukan karena mereka tidak beragama, tetapi karena mereka tidak terbiasa menghadapi masalah secara praktis. Hasilnya, hal-hal yang seharusnya selesai dengan koordinasi sederhana malah dibiarkan mengambang dalam doa tanpa tindakan.

Di titik inilah muncul ironi: masyarakat bisa sangat religius secara ucapan, tetapi tidak selalu disiplin dalam urusan sipil. Sampah menumpuk, menyalahkan takdir. Jalan rusak, menyalahkan cuaca. Keamanan lingkungan buruk, menyalahkan “jaman”. Padahal semua itu bisa selesai dengan gotong royong, aturan kampung yang ditegakkan, dan kepemimpinan lokal yang tegas.

Menyandarkan persoalan teknis kepada Tuhan justru merendahkan akal dan kemampuan yang sudah diberikan kepada manusia. Seolah-olah kita lupa bahwa bekerja, musyawarah, dan menyelesaikan masalah adalah bagian dari ibadah itu sendiri—bukan sesuatu yang bisa digantikan dengan harapan kosong.

Mengembalikan persoalan ke tempatnya adalah tanda kedewasaan sosial. Tuhan tidak pernah meminta manusia untuk menunggu mukjizat, tetapi untuk berusaha. Dan usaha itu sering kali dimulai dari urusan paling kecil: berani bicara di forum warga, bersikap tegas pada pelanggaran, saling mengingatkan, dan memilih pemimpin lokal yang amanah.

Ketika masyarakat sadar bahwa tidak semua harus “naik ke langit”, barulah kita benar-benar memuliakan Tuhan dengan bekerja, bukan hanya berdoa. Karena pada akhirnya, negeri ini tidak rusak karena kurang doa—tetapi karena terlalu banyak hal yang seharusnya dikerjakan manusia, malah diserahkan kepada Tuhan secara prematur. (**)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button