Tiga Raksasa Tambang Mau IPO, Nilainya Bisa Tembus Rp 22 T
Sebanyak tiga perusahaan tambang besar akan melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dengan target penggalangan dana ketigabnya sebesar US$ 1,5 miliar atau Rp 22 triliun pada tahun ini.
Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Merdeka Battery Materials (MBM), PT Amman Mineral Internasional (AMI), dan unit bisnis Grup Harita di sektor nikel.
Menurut laporan riset JP Morgan, IPO saham tiga perusahaan ini berdampak positif terhadap bursa saham Indonesia karena investor akan memiliki lebih banyak opsi untuk berinvestasi di saham nikel di luar para pemain lama seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM).
Menurut catatan Investor Daily, MBM adalah perusahaan pertambangan nikel terbesar di Indonesia. MBM memegang 51% saham PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), yang memiliki cadangan nikel sebanyak 1,1 miliar ton.
MBM juga memiliki 50,1% saham tiga perusahaan smelter nickel pig iron (NPI), yakni PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI), PT Bukit Smelter Indonesia (BSI), dan PT Zhao Hui Nickel (ZHN), lalu 80% saham proyek acid iron metal (AIM), dan 32% saham Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), kawasan industri (KI) yang dibangun di tambang SCM.
MBM menggandeng Tsingshan dan Huayou berencana membangun dua proyek high pressure leach acid (HPAL) yang menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) berkapasitas 120 ribu ton MHP per tahun di IKIP.
Sementara itu, DBS mencatat, Amman Mineral memiliki cadangan tembaga terbesar kelima di dunia. Tambang Batu Hijau milik Amman diharapkan menjadi salah satu tambang tembaga dengan biaya terendah di dunia tahun 2023.
“Operasi penambangan berbiaya rendah akan mengamankan profitabilitas AMI dengan margin EBITDA di atas 60% ke depan,” tulis DBS.
DBS memperkirakan nilai wajar AMI berkisar US$ 9,1 miliar-US$ 10,9 miliar, berdasarkan kombinasi valuasi EV/EBITDA 2023 sebesar 5,9 kali dan PER 2023 11 kali. Dengan EV/EBITDA sebesar itu, valuasi AMI berkisar US$ 9,1 miliar-US$ 9,7 miliar, sedangkan dengan PER 11 kali, valuasi AMI berkisar US$ 9,4 miliar- US$ 10,9 miliar.