Secara harfiah, kampus merupakan tempat untuk mengembangkan pendidikan. Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan akademik dan pendidikan non akademik yang keduanya saling menunjang pengembangan kualitas mahsiswa. Sebuah kampus yang baik yaitu kampus yang dapat menciptakan suasana lingkungan yang kondusif, fasilitas yang baik, serta hubungan yang baik dengan dunia luar (instansi atau perguruan tinggi lain). Kampus juga biasa disebut sebagai lembaga tertinggi dalam dunia penddikan atau biasa disebut sebagai perguruan tinggi baik itu swasta maupun negeri.
Kampus adalah salah satu tempat yang menjadi proses pertukaran pikiran yang di terkoordinasi, terstruktur, tersistem oleh kebijakan pemerintah yaitu KEMENDIKBUD berdasarkan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu segala aktivitas, kreativitas, aspirasi mahasiswa tersebut ditampung dan di kelola dengan cara positif didalam suatu wadah (Kampus) yang bisa mengembangkan potensi akademik dan non- akademik mahasiswa tersebut sehingga menghasilkan generasi bangsa yang membawa kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.
Pada saat ini, pendidikan di Indonesia memiliki peringkat yang masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain dalam aspek sistem pendidikan. Ada beberapa penyebab pendidikan di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara lainnya. Salah satunya yaitu pengaruh kurangnya literasi atau minat baca mahasiswa serta kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking) yang masih rendah.
Hal ini bisa kita lihat pada salah satu kasus berikut: Seorang mahasiswa yang menerima kiriman pamflet informasi melalui media sosialnya, namun ia masih menanyakan terkait waktu, tempat, informasi apa, dan pertanyaan lain. Dan kita ketahui bersama bahwa dalam pamflet tersebut terdapat poin-poin informasi yang menjelaskan secara keseluruhan tergantung kegiatan apa didalamnya, namun kerana mahasiswa yang tidak biasa berliterasi dan minim literasi masih menanyakan isi informasi didalam pamflet tanpa membaca terlebih dahulu. Dari hal tersebut yang sering penulis dapati dalam kehidupan kampus menandakan tingkat literasi yang masih rendah.
Pada hakikatnya, membaca merupakan salah satu kunci utama untuk menambah wawasan ilmu pengethauan. Sebab dengan biasa dalam membaca kita dapat mengetahui banyak hal, membaca dalam hal ini tidak hanya membaca buku, namun kejadian yang ada di alam kita harus bisa menganalisa dan mengambil pelajaran didalamnya itu adalah bagian dari membaca. Jadi jika memiliki banyak pengetahuan, maka pengetahuan itu secara tidak sadar akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. Literasi Teknologi, Literasi Finansial dan beberapa istilah lainya, pada dasarnya hanya satu yaitu daya minat baca terhadap segala ilmu yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan.
Isi
Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, memahami, berbicara, membaca, dan menulis,) untuk diaplikasikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan dan konsentrasi keilmuannya. Teale & Sulzby (1986) mengartikan literasi secara sempit, yaitu literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang mengartikan literacy sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write).
Namun Kemampuan membaca dan menulis sangat diperlukan untuk membangun sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena kehidupan yang mampu menumbuhkan kesadaran sebagai upaya dasar dalam menganalisa fenomena tersebut. Sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena kehidupan dengan sendirinya menuntut kecakapan personal (personal skill) yang berfokus pada kecakapan berpikir rasional. Kecakapan berpikir rasional mengedepankan kecakapan menggali informasi dan menemukan informasi.
Zaman digitalisasi ini kehidupan masyarakat khusunya masyarakat kampus telah dipengaruhi oleh beberapa kondisi dimana mereka tidak mengutamakan yang namanya budaya literasi tetapi telah dibutakan oleh teknologi dan digerogoti sampai mereka nyaman dengan teknologi (digitalisasi) tersebut. Pengaruh rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebiasaan membaca yang tidak tertanam dalam diri mahasiswa. Berkaitan fasilitas pemerintah telah menyediakan secara maksimal baik itu dikampus, maupun diluar kampus seperti (perpustakaan daerah).
Dan teman-teman tahu sendiri, bahwa dalam berliterasi telah dimudahkan oleh yang namanya teknologi (smartphone, Laptop, dll) untuk mengakses semua informasi secara detail dan menyeluruh. Dari semua hal itu telah disediakan untuk mempelajari dan memahami serta mengaplikasikan dari hasil literasi selama bermahasiswa. Kreativitas dan inovasi dapat dimulai dari dunia kampus baik itu mahasiswa, dosen, ataupun lembaga yang mengadakan kegiatan literasi sehingga dapat menaring dan mendorong mahasiswa untuk bergabung dalam kegiatan berliterasi.
Petugas akademik seperti para dosen harusnya menekankan pada mahsiswanya untuk mengakses berbagai bacaan dalan bagaimana memahami keadaan yang dihubungkan dengan aktifitas perkuliahan atau tugas kuliah. Dan mahasiswa juga harusnya sadar akan dirinya bahwa mahasiswa itu adalah manusia yang pada dirinya melekat tanggung jawab besar bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, sehingga melalui ietrasi terwujudnya pembaca-penulis yang kritis, kreatif, inovatif sebagai solusi bagi permasalahan yang ada.
Dunia itu luas, namun anda tidak akan mengetahuinya tanpa berliterasi. Dengan luasnya pengetahuaan akan membantu mempermudah mahasiswa dalam menemukan dan menuangkan ide dalam bentuk tulisan, perkataan dan tindakan.
Referensi
Teale, William H, Sulzby, Elizabeth. 1986. Emergent Literacy:Writing and Reading: Ablex Publication Corp. University of Minnesota
Grabe, W. & Kaplan R. (Ed.) 1992. Introduction to Applied Linguistics. New York: Addison-Wesley Publishing Company
Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo