Berita Regional

Indonesia Dilanda Cuaca Panas

DALAM beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah di Indonesia umumnya dilanda cuaca panas. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini terjadi salah satunya karena dinamika atmosfer yang tidak biasa. Pelaksana Tugas Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menjelaskan sejumlah negara lain di Asia bahkan dilanda gelombang panas dengan suhu hingga 51 derajat celsius.

Di India, gelombang panas bahkan menyebabkan 11 orang tewas. Menurut BMKG, Indonesia memang tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara tergolong panas. Bahkan lonjakan tahun ini merupakan yang terparah. Selain karena dinamika atmosfer, fenomena ini secara klimatologis juga dipengaruhi oleh gerak semu matahari serta tren pemanasan global dan perubahan iklim yang memperparah keadaan. Gelombang panas atau heatwave pun semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.

Cuaca, sebagai bagian dari fenomena alam, adalah takdir yang tidak bisa dilawan. Akan tetapi, besar-kecilnya dampak bencana yang disebabkan fenomena alam tersebut sangat ditentukan oleh kesigapan manusia itu sendiri. Selain dehidrasi dan berbagai penyakit, cuaca panas dapat memicu kebakaran hutan dan lahan jika tidak diantisipasi dengan serius. Semua dampak ini tentunya perlu diantisipasi.

BMKG harus lebih sering menginformasikan perihal fenomena cuaca ini kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat pun mesti aware dengan informasi yang disampaikan oleh institusi terkait, baik itu BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, maupun Kementerian Kesehatan. Saat ini, cuaca memang sedang tidak baik-baik saja.

Oleh karena itu, kita semua harus waspada. Apalagi pandemi covid-19 belum sepenuhnya reda, bahkan kini muncul varian baru. Euforia libur hari raya, di saat banyak warga menghabiskan waktu di luar rumah, bisa menjadi pemicu masalah baru, seperti dehidrasi dan munculnya berbagai penyakit lain. Jika tidak terlalu penting, sebaiknya warga tak terlalu lama beraktivitas di luar rumah agar terhindar dari sengatan langsung sinar matahari. Imbauan itu terkhusus juga disampaikan kepada para pemudik yang menggunakan sepeda motor.

Sebaiknya melakukan perjalanan pagi untuk menghindari cuaca panas yang dapat menyebabkan dehidrasi dan hilang konsentrasi sehingga membahayakan perjalanan. Biasakan memperhatikan informasi seputar cuaca yang disampaikan otoritas terkait. Kesadaran tentang cuaca beserta dampak yang dapat ditimbulkannya harus menjadi laku hidup sehari-hari. Ingat, kita hidup berdampingan dengan alam bersama segala konsekuensinya.

Jika tidak bijak menyikapinya, fenomena alam tersebut akan menelan dan menyengsarakan kita semua. Sudah banyak contoh berbagai bencana yang menelan korban karena kita lalai mengantisipasinya, seperti banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Seluruh kepala daerah dan masyarakat kiranya harus lebih sering mengakses, memantau prediksi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG. Peduli data cuaca mesti menjadi budaya baru masyarakat. Ramalan cuaca adalah hasil kerja rasional berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.

Semua harus menyadari krusialnya kemampuan tanggap bencana sebab ancaman berbagai bencana bukan tidak mungkin bakal semakin sering terjadi, seiring dengan makin cepatnya laju pemanasan global dan perubahan iklim. Langkah antisipasi menyeluruh harus dilakukan dan tidak hanya menyangkut pemda setempat, tapi juga dari sistem peringatan dini yang lebih awal, sosialisasi yang masif, dan ketanggapan pemerintah termasuk dalam setiap kebijakan. Kita harus belajar dari negara-negara lain yang sudah mengakrabi bencana. Kemampuan menekan korban, baik harta maupun jiwa, bukanlah hasil sekejap dan bukan pula kerja sektoral. Ketanggapan bencana benar-benar dibangun dan disiapkan secara nasional, termasuk lewat pendanaan terhadap riset teknologi deteksi bencana, baik tsunami, gempa bumi, tanah longsor, maupun bencana alam lainnya. (K19)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button