Teten Masduki : Pengembangan KUMKM Harus Adaptif Kontributif

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan pengembangan koperasi dan UKM di Indonesia harus berkonsep adaptif, kontributif, dan berkelanjutan merespons pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19 dan tantangan global berupa perlambatan ekonomi dunia.
“Kita patut bersyukur, ekonomi kuartal pertama Indonesia masih bisa tumbuh sebesar 5,03% YoY (Year on Year) dan inflasi yang masih tetap terkendali di angka 4,33% YoY,” ucap Teten dalam pernyataan resmi yang diterima pada Rabu (10/5) lalu.
Teten mengatakan dalam tahun pemulihan ekonomi ini, diperlukan rencana dan arah kebijakan pengembangan koperasi dan UMKM (KUMKM) yang lebih adaptif, kontributif, dan berkelanjutan.
Ia mencontohkan terkait pendanaan UMKM, saat ini masih terjadi kesenjangan finansial. Berdasarkan survei Bank Indonesia (2020), ada kesenjangan finansial (financial gap) yang masih sangat besar dimana sebanyak 69,5% pelaku UMKM belum mendapatkan akses kredit perbankan. Sementara potensi permintaan kredit mencapai Rp 1.605 triliun.
“Inilah yang harus dipenuhi oleh skema investasi dan pembiayaan yang mudah,” kata Teten.
Lebih lanjut Teten menjelaskan, sejauh ini pemerintah terus merilis kebijakan pendanaan yang mudah dan murah bagi UMKM antara lain, alokasi kredit perbankan untuk UMKM yang ditingkatkan dari sebelumnya 20% menjadi 30% pada 2024. Langkah ini diikuti dengan meningkatnya alokasi KUR yang pada 2023 mencapai Rp 450 triliun, jauh lebih besar dari tahun 2022 yang hanya Rp 365 triliun.
Kemudian ada program KUR Kluster dimana pembiayaan kepada UMKM akan sejalan dengan pengembangan sentra-sentra produksi rakyat (sektor riil) atau tidak lagi perorangan. Selanjutnya, pembiayaan koperasi melalui LPDB KUMKM dengan tingkat suku bunga yang rendah. Lalu ada Insentif bagi usaha besar yang memberikan bantuan pemodalan bagi UMKM. Kemudahan izin berusaha serta pemberian tax holiday dan tax allowance dalam kegiatan penanaman modal.
Dia juga menyoroti pembangunan UMKM kedepan yang tidak sekadar berdampak bagi peningkatan kesejahteraan namun juga berdampak pada kehidupan sosial dan lingkungan. Teten mengapresiasi investor yang fokus membantu pelaku UMKM, memberikan kontribusi bagi kehidupan sosial, pengentasan kemiskinan dan isu lingkungan.
“Sehingga mendukung upaya pemerintah juga dalam menurunkan angka kemiskinan dan mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) serta net zero carbon emission,” ujar dia.
Di sisi lain tren pemuda pengusaha saat ini juga telah bergeser pada bisnis hijau, tercatat 84% anak muda tertarik melakukan bisnis hijau, 58% memulai bisnis untuk perbaikan lingkungan, dan 56% menghasilkan green clothing, low carbon product, dan waste reduction system sebagaimana survei KemenKopUKM dan UNDP pada 2021.
Sementara di bidang investasi, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat pada kuartal I/2023, penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia sebesar Rp177Triliun. Angka tersebut naik 20,2 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar Rp147,2 triliun. (k12)