Wakil Ketua MPR Soroti Pembalakan Liar Jadi Penyebab Banjir Sumatera

Banjir dan longsor besar yang melanda Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh masih berlangsung dan menyebabkan korban jiwa. Menanggapi situasi tersebut, Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno menilai kerusakan lingkungan, termasuk pembalakan liar menjadi salah satu faktor utama yang memperparah bencana hidrometeorologi di wilayah tersebut.
“Ini merupakan bagian dari satu krisis iklim yang kita hadapi. Namun, juga perilaku kita yang tidak menghormati keberadaan lingkungan hidup yang sesungguhnya harus kita proteksi. Terutama dari aspek pembalakan hutan, pengambilan pasir secara masif, dan pengembangan dari kawasan misalkan perumahan, industri, yang kemudian merelokasi hutan dan gunung kita,” ujar Eddy pada acara CIFP 2025 di Mal Kota Kasablanka, Minggu.
Eddy menjelaskan, perubahan iklim kini menjadi kontributor terbesar meningkatnya bencana hidrometeorologi di Indonesia. Praktik pembalakan liar, kata dia, memperburuk kondisi karena merusak struktur tanah, memperlemah daya serap air, dan meningkatkan risiko banjir bandang yang membawa material kayu serta lumpur.
Ia menyinggung temuan kayu gelondongan yang terbawa arus banjir di sejumlah daerah di Sumatera yang diduga berasal dari aktivitas illegal logging. Menurutnya, MPR telah menindaklanjutinya dengan membahas aspek penelusuran dan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat.
“Kalau itu adalah sumber legal, bisa kita telusuri dari perizinannya, dari kegiatan-kegiatannya yang dilakukan secara sah. Namun, kalau ternyata itu dilakukan di luar jalur hukum dan ketentuan yang berlaku, saya kira perlu ada penegakan hukum yang kuat dan konsekuen agar ada efek jeranya,” jelas Eddy.
Ia juga mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto dalam menindak tegas oknum yang melanggar aturan, khususnya terkait perusakan lingkungan. Ke depan, Eddy mendorong adanya pembenahan tata kelola lingkungan secara menyeluruh, termasuk pengawasan kawasan hutan, pengetatan izin usaha, dan peningkatan edukasi masyarakat mengenai perlindungan ekosistem.
Menurutnya, upaya tersebut penting agar Indonesia tidak terus-menerus berada dalam siklus bencana yang sama setiap tahun, terutama di wilayah rawan banjir seperti Sumatera bagian tengah dan utara. (bsnn)




