Desa Kenteng Semarang Jadi Tempat Wisata Berdaya Ekonomi

Desa Kenteng, sebuah desa yang terletak di antara Bandungan dan Gedong Songo, Semarang kini menjadi sorotan sebagai destinasi wisata menarik. Desa ini memiliki paparan lahan sekitar 240 hektar yang terdiri dari tujuh dusun.
Desa Kenteng memiliki daya tarik utama berupa keindahan desa wisata yang terhampar luas. Penduduknya yang sebagian besar adalah petani bunga terutama bunga potong dan bunga tabur memberikan sentuhan khas.
Meskipun mayoritas lahan di Desa Kenteng merupakan tanah sawah, sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah hortikultura. Di antaranya seperti cabai, buncis, kubis, sawi, dan bayam.
Namun, belakangan ini banyak petani beralih ke budidaya bunga, mencakup dua jenis utama. Yaitu bunga potong yang dijual di pasar Agro di Dusun Bandungan dan bunga tabur yang tumbuh di pematang-pematang.
Kepala Desa Kenteng, Nurtati menyatakan desa ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga pusat usaha ekonomi mandiri di pedesaan. Sejumlah usaha kecil menengah (UKM) dibangun oleh masyarakat termasuk kerajinan tahu, tempe, dan produksi batik shibori.
Torakur, sebuah inovasi lokal berupa tomat rasa kurma yang dapat diawetkan menjadi produk unggulan Desa Kenteng. Dalam upaya mendukung perekonomian masyarakat, Desa Kenteng telah menjalin kerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Pihaknya juga membantu membentuk kelompok tani, memberikan modal untuk pengembangan pertanian, dan memberikan pelatihan manajemen keuangan. “Bagaimana mereka mengembangkan usahanya dan didampingi dengan BRI untuk permodalan dan juga untuk perputaran uang mereka,” ujar Abi selaku Mantri BRI.
Pemanfaatan Agen BRILink menjadi kunci dalam mempermudah inklusi keuangan di desa-desa. Agen BRILink, sebagai perpanjangan tangan BRI, memudahkan berbagai transaksi keuangan.
Termasuk transfer, penyimpanan, dan pembayaran tagihan seperti listrik token serta pembayaran ke berbagai layanan lainnya. Pendekatan ini membantu warga desa bertransaksi tanpa harus pergi ke unit BRI terdekat, mencakup layanan kredit kemitraan dengan suku bunga yang lebih rendah.
“Setelah kita bermitra BRI, dan di kelompok tani ada dana pinjaman kita tidak merasakan kendala keuangan. Kita pakai mitra-mitra BRI, pinjaman KUR, ini yang sudah mereka jalankan,” ujar Pramono selaku Agen BRILink.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) masyarakat dimotivasi untuk memilah sampah organik dan non-organik. Tentunya dengan cara pengolahan organik menjadi pupuk dan non-organik didaur ulang atau dijual.
“BUMDes di sini punya tujuan menggali potensi yang ada di desa ini, nanti akan dikelola dengan tujuan untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Kemudian yang sudah BUMDes tangani adalah pengelolaan sampah,” ujar Adiarso selaku pengurus BUMDes.
Dalam bidang pariwisata, Desa Kenteng memiliki potensi besar dengan adanya Agrowisata sebagai daya tarik utama. Selain itu, para perajin lokal juga berkontribusi memproduksi oleh-oleh khas, seperti tahu serasi, dan torakur.
Adiarso menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan ekonomi masyarakat. Hal ini akan diterapkan dengan memanfaatkan potensi yang ada termasuk pengelolaan air bersih dan pembayaran berbagai rekening melalui BRI.
Desa Kenteng, dengan semboyan “Desa yang Luar Biasa,” semakin menunjukkan potensinya sebagai model pengembangan ekonomi berkelanjutan di pedesaan. “Harapan besar terletak pada partisipasi aktif masyarakat, kerjasama dengan lembaga keuangan, dan terus menggali potensi yang ada untuk mencapai kesejahteraan bersama,” ujarnya. (bsnn)