BRI Optimistis Mampu Memberi Pembiayaan bagi 45 juta Nasabah dalam Holding Ultra Mikro hingga 2025
Dalam BRI Microfinance Outlook 2023 dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity yang digelar pada 26 Januari 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan lebih dari 45 juta UMKM di Indonesia belum memadai pembiayaanya. Dari jumlah itu, sekitar 18 juta UMKM belum sama sekali mendapat pembiayaan. Oleh karena itu, Menkeu mengatakan pemerintah berharap kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sebagai bank yang identik dengan UMKM untuk memperkuat peran, bukan sekadar sebagai lender ke UMKM tapi juga pemberdaya.
Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja BRI 2022 pada Rabu (8/2) mengatakan upaya BRI dalam menyalurkan kredit dilakukan melalui strategi pertumbuhan selektif. “Artinya BRI terus tumbuh dan yakin tumbuh sustain. Kami juga memiliki kejelasan sumber pertumbuhan yakni ultramikro,” ujar Sunarso. BRI juga melaporkan realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sepanjang 2022 mencapai Rp252,3 triliun kepada 6,5 juta debitur. Selama 7 tahun belakangan, total penyaluran KUR oleh BRI sebesar Rp909 triliun kepada lebih dari 35 juta nasabah. Pada perkembangan lain, setahun sejak pendirian Holding Ultra Mikro antara BRI dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani
“Maka dalam cara kerja kita bagaimana BRI berkontribusi meningkatkan produktivitas dan kualitas dari UMKM. Itu pekerjaan yang banyak sekali karena kita bicara 65 juta pelaku UMKM. Saya harap antara pemerintah dan lembaga keuangan seperti BRI, tidak hanya membiayai tapi juga memberdayai,” ujarnya. Sepanjang 2022, porsi kredit UMKM BRI mencapai 84,74% dari total penyaluran kredit secara konsolidasi yang mencapai Rp1.139,08 triliun. Jumlah itu termasuk penyaluran kredit mikro yang tercatat sebesar Rp551,27 triliun, serta kredit segmen kecil dan menengah sebesar Rp246,4 triliun pada tahun lalu.
Pada perkembangan lain, setahun sejak pendirian Holding Ultra Mikro antara BRI dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), integrasi layanan co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro) kini telah mencapai 1.003 lokasi. Melalui SENYUM, Holding Ultra Mikro berhasil mengintegrasikan lebih dari 34 juta nasabah ultramikro untuk kemudian diberdayakan agar usaha nasabah naik kelas.
Sunarso menyebut BRI optimistis mampu memberi pembiayaan bagi 45 juta nasabah dalam Holding Ultra Mikro hingga 2025. “Yang belum tersentuh sama sekali itu 14 juta [nasabah] dan ke rentenir 5 juta [nasabah] dengan bunga 100 persen sampai 500 persen. Untuk itu saya kira menjadi komitmen kita semua terutama kami di holding ultra mikro untuk menjangkau dan melayani yang 45 juta [nasabah] ini dan prioritasnya adalah ke 14 juta [nasabah] yang belum terlayani,” tambahnya.
BRI melaporkan bahwa hingga saat ini, dari 33,8 juta nasabah yang masuk ke sistem Holding Ultra Mikro. Yang sudah terlayani dan mendapatkan pinjaman baru sekitar 20 juta nasabah baik melalui bank umum, fintech, pegadaian, hingga BPR. “Memang tantangan berat melayani ultra mikro yang kecil-kecil ini hanya dua sebenarnya. Pertama, biaya operasional mahal dan kedua biaya risikonya juga tinggi.
Maka untuk menjawab dua tantangan ini hanya satu saja pelurunya yakni digitalisasi,” tandasnya. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha mengatakan salah satu inovasi digital yang dikembangkan BRI ialah BRIspot. Aplikasi ini digunakan oleh para tenaga pemasar dalam mempercepat proses kredit. Sebelum ada BRIspot, waktu proses kredit bisa mencapai 2 minggu. Dengan BRIspot, proses kredit dapat dipercepat menjadi sekitar 2 hari saja. Bahkan, apabila dokumen nasabah sudah
Teranyar, BRI juga memperkenalkan platform baru yang terintegrasi untuk produk wholesale banking yaitu QLola. Melalui produk baru itu, BRI menawarkan kemudahan dan keunggulan bagi nasabah wholesale untuk dapat mengakses berbagai fitur perbankan melalui mekanisme single sign on.
Transformasi digital dan pemberdayaan UMKM perlu terus diusung sebagai agenda utama oleh Indonesia sebagai negara yang 99% pelaku usahanya berskala UMKM. Apalagi, UMKM pula yang memberikan kontribusi 62,55% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97,22% dari total tenaga kerja di Tanah Air. Layanan platform teknologi yang makin mudah diadopsi dan akses pembiayaan yang inklusif menjadi dua faktor penting yang akan memuluskan jalur tranformasi digital UMKM. Kombinasi dua aspek itu bakal meningkatkan pemberdayaan UMKM dan membuka jalan agar UMKM dapat ‘meroket’ seperti yang dialami Space Roastery.
(K12)