Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia Mendesak Audit Seluruh PTN

Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia atau MAKI, Boyamin Saiman menilai perlunya dilakukan audit secara menyeluruh terhadap seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) terkait penyelenggaraan seleksi jalur mandiri untuk mahasiswa baru di PTN. Boyamin menduga ada dugaan penyimpangan yang terjadi di sejumlah PTN.
Hal ini disampaikan Boyamin menyusul ditetapkannya Rektor Universitas Udayana (Unud) Bali Prof I Nyoman Gde Antara sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana sumbangan pengembangan institusi (SPI) mahasiswa baru seleksi jalur mandiri Universitas Udayana tahun 2018-2022.
“Super-super setuju (dilakukan audit), karena dugaan saya di beberapa perguruan tinggi yang sudah ternama, ada beberapa hal dugaan penyimpangan,” kata Boyamin Saiman Selasa (14/3/2023).
Dalam seleksi jalur mandiri untuk mahasiswa baru di PTN, Boyamin melihat ada banyak celah untuk melakukan penyelewengan.
“Misalnya pakai jasa pihak ketiga seakan-akan memberikan les atau bimbingan, atau bahkan memberikan jasa hukum. Jadi proses pembayarannya dialihkan ke sana. Tetapi sebagai modus sebenarnya kalau ikut ke sana, bayarnya mahal, tetapi akan lulus. Sama saja, itu pemaksaan juga, tetapi dengan teknik yang mungkin lebih konvensional. Jadi itu cara-cara supaya nanti yang bayar mahal yang diterima dengan berbagai modusnya,” kata Boyamin.
Dari seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia, Boyamin menduga lebih dari separuhnya berpotensi bermasalah dalam menjalankan seleksi jalur mandiri. “Ada potensi dugaan bermasalah, baik cara mengambilnya, cara menerimanya, ada dugaan-dugaan kemudian titipan, sehingga nilainya lebih besar dan dugaannya suap. Penggunaannya juga sering bermasalah,” kata Bonyamin.
Karena melihat ada banyakcelah untuk melakukan korupsi, Boyamin mendesak agar sistem seleksi jalur mandiri untuk mahasiswa baru di PTN dihapus.
“Saya paling getol menyuarakan, hentikan penerimaan (mahasiswa) jalur mandiri, karena ini negeri. Jadi yang salah itu termasuk kebijakan Menteri Pendidikan yang membolehkan (seleksi) mandiri, diambil uang, dan uangnya akhirnya ya jor-joran sampai angka-angka yang tidak nalar lagi,” kata Boyamin.