Dirga Mubarak : Politik Pakai Uang Terjadi Karena Kesenjangan Ekonomi Masyarakat
Menjalin kolaborasi di era disrupsi, era dimana terjadinya inovasi dan perubahan secara massif. Masifnya inovasi itulah yang bisa mengubah berbagai sistem dari pola lama ke baru. Sehingga pemuda dan mahasiswa harus bisa berkontribusi seminimal mungkin dengan cara beradaptasi dengan segala perubahan, termasuk mengawal proses demokrasi yang tumbuh dan bergerak menuju ke pesta 2024.
Setidaknya ini menjadi bingkai pada Dialog Publik serangkaian Semarak Milad 59 Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Tenggara dilaksanakan Selasa, (14 /3) lalu di Gedung E lt. 4 Universitas Muhammadiyah Kendari.
Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan launching madrasah intelektual kader dan dialog publik yang menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai latar belakang yang berbeda serta telah ahli dibidangnya, salah satunya adalah Dirga Mubarak selaku Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPC HIPMI) Kabupaten Konawe Selatan sekaligus representasi dari kalangan pengusaha muda.
Pada kesempatan itu, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Dirga Mubarak menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut mengurai pengalamannya dan pandangan-pandangannya terkait iklim demokrasi di Indonesia dan dunia usaha.
Dirga dalam pemaparan materinya yang terkait Peran Pemuda dalam Mengawal Demokrasi yang Berkualitas, mencoba menyelaraskan dengan kapasitasnya sebagai seseorang yang bergerak dibidang kewirausahaan.
Menurutnya, ada banyak peran yang dapat dilakukan oleh wirausahawan dalam membangun perekonomian berkelanjutan di era sekarang ini. Peran tersebut antara lain yaitu dapat membuka berbagai jenis usaha, menyediakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja, dan mengurangi kesenjangan ekonomi.tuturnya
Dengan adanya wirausaha, masyarakat yang masih pengangguran dapat langsung bekerja karena lapangan pekerjaan telah tersedia. Dengan bekerja maka masyarakat akan mendapatkan penghasilan sehingga kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin bisa berkurang.
Berkurangnya kesenjangan ekonomi pada generasi muda ini akan berdampak juga pada upaya meminimalisir terjadinya fenomena money politik, terlebih saat ini hawa pesta demokrasi sudah mulai terasa meski dilaksanakannya pada tahun 2024 mendatang.
Selain itu menurut Dirga, kelompok pemuda bahkan sejak dulu sangat identik dengan jiwa idealis juga kritis dan hal itu sangat dibutuhkan dalam mengawal Demokrasi on the track.tuturnya
Di akhir sesi materi yang disampaikan, Dirga yang selama ini cukup dekat dengan kader – kader IMM terbukti dengan seringnya ia berinteraksi dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh para kader IMM, juga menyampaikan harapannya.
Dihadapan seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang turut hadir menjadi peserta dialog publik, Dirga mengatakan bahwa Sejatinya, para pemuda sejak dulu memang merupakan agen pengubah utama. Energi yang berlimpah, ketajaman fikir, kedinamisan gerak, menjadi diantara bekal utama para pemuda. Namun kelebihan pemuda tersebut, dapat pula menjadi kekurangannya. Apabila tidak dikelola dengan baik, kekuatan yang dimiliki pemuda dapat menjadi kekurangannya.
Kedinamisan pemuda, energinya yang melimpah, dapat menjadi kekuatan yang desktruktif apabila tidak diarahkan. Pemuda yang tidak memiliki tujuan yang jelas, bukan tidak mungkin malah baku hantam diantara mereka sendiri. Tidak jarang kita mendengar berita pemuda atau kelompok pemuda yang bertikai, bahkan sampai dengan perkelahian fisik
“Harapan saya, semoga kedepannya akan semakin banyak lagi pemuda khususnya adik – adikku para kader IMM yang sadar akan perannya dan berani mengambil langkah dalam mewujudkan demokrasi yang berkualitas di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara.
Ditambah lagi Tahun 2030 diperkirakan akan menjadi puncak bonus demografi, Pemuda Indonesia harus menjadi bonus demografi bukan beban demografi, atau bahkan berubah menjadi bencana demografi.” tutupnya.(**)