Pemkab Buton Utara Sultra Dukung Pembangunan Pabrik Nikel Terbaik
Pemerintah Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara mendukung penuh pembangunan pabrik nikel kelas satu di daerah tersebut guna memacu pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Bupati Buton Utara Ridwan Zakariah di Kendari, Selasa mengatakan bahwa pembangunan kawasan pabrik nikel kelas satu yang diinisiasi oleh PT About The Nickel (ATN) Indonesia Mineral sudah masuk dalam tahapan awal termasuk izin lokasinya.
“Pemda tentunya sangat mendukung dengan adanya pembangunan pabrik nikel ini dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, terlebih untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Dia menyampaikan tahapan berikutnya masih ada seperti terkait izin lainnya dari kementerian atau lembaga terkait guna mendukung pembangunan pabrik nikel yang dibangun di Desa Kurolabu, Kulisusu Utara, Buton Utara dengan luas lahan 300 hektar.
Ridwan mengaku berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya pabrik tersebut menerapkan teknologi terbarukan yang berdampak baik sehingga mendukung terwujudnya ramah lingkungan. Sebab menurutnya, masalah terbesar yang dihadapi oleh pabrik saat ini adalah permasalahan limbah lingkungan.
“Untuk itu, kita hindari pencemaran lingkungan bahkan jika bisa sampai nol persen, dan kalau teknologi itu diterapkan maka itu sangat bagus sekali,” ujar dia.
Menurut dia, pembangunan pabrik nikel ini tentunya akan menyerap ribuan tenaga kerja di daerah setempat. Dengan adanya pembangunan pabrik ini maka pemerintah bisa menyerap tenaga kerja dan masyarakat memiliki kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan.
“Jadi mereka tidak perlu jauh lagi merantau untuk mencari pekerjaan, karena adanya pabrik di Buton Utara. Diharapkan semoga secepatnya pabrik ini bisa dibangun,” ucap Ridwan.
Sebelumnya, Project Director PT ATN Indonesia Mineral, Alman Susmanto mengatakan pihaknya telah membangun kerja sama global dengan beberapa perusahaan kemitraan.
Katanya hal itu guna membangun pabrik nikel kelas satu sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik serta bahan turunan lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Dengan melihat perkembangan beberapa pabrik yang telah ada di Indonesia termasuk di Sulawesi Tenggara. Selama ini lebih banyak hanya mengolah nikel menjadi nickel pig iron dan ferronickel yang kemudian diturunkan menjadi stainless steel dan lainnya,” katanya.
Alman menambahkan, pabrik pengolahan nikel bernilai tinggi seperti mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) yang digunakan untuk menjadi prekursor atau katoda. Prekursor itu yang akhirnya menjadi baterai kendaraan listrik, yang mana masih belum banyak berdiri di Indonesia.
“Setelah sekian lama melakukan studi dari teknologi pengolahan nikel yang ada, kami akhirnya memilih akan membangun dan mengoperasikan Pabrik Pengolahan Nikel berdasarkan terobosan technology Monolith Co., Ltd., Monolith Advanced Clean Hydrometallurgy (“MACH”),” jelasnya.
Menurut dia, teknologi terbarukan pertama di Indonesia tersebut untuk memproduksi produk bernilai tinggi seperti Nickel Hydroxide, Crude Fe-Ni, Magnesium Oxide, Silica dan lainnya.
Melalui teknologi ramah lingkungan, tanpa terak, tanpa limbah cairan yang keluar, teknologi yang sangat aman dari sisi ekologi, dengan tidak menggunakan tekanan tinggi dan kemudian dari segi ekonomi, teknologi tersebut dinilai jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan fasilitas peleburan lainnya.
“PT ATN Indonesia Mineral, sangat sadar dan mendukung program Pemerintah Indonesia yang telah melarang ekspor mineral non-olahan. Di mana larangan itu untuk mencegah keluarnya sumber daya alam mineral melalui ekspor barang mentah, dan berharap adanya pengembangan industri lokal,” ucap dia.
Ia mengungkapkan, pihaknya berencana akan membangun pabriknya di wilayah Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan nilai investasi awal sebesar 200 juta dolar AS atau sekitar Rp3,5 triliun.
Terkait dengan mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar, PT ATN Indonesia Mineral mengklaim bakal menyerap sebanyak 1.000 lowongan kerja. Kemudian, apabila telah dilakukan pengembangan pembangunan akan menyerap 2.000 tenaga kerja. (K-N)