Hakku Wahab : Kita Butuh Pemimpin Daerah Yang Miliki Integritas

Ungkapan bijak mengatakan “setiap masa ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada masanya”. Kita dapat mengartikannya dengan, bahwa tidak ada model atau karakteristik kepemimpinan yang berlaku abadi atau selamanya sepanjang masa. Maksudnya pada situasi tertentu dibutuhkan model atau karakteristik pemimpin tertentu yang boleh jadi berbeda pada situasi yang lain.
Demikian diungkapkan Ir. H.Muh.Hakku Wahab,MSi, salah seorang Tokoh di Sulawesi Tenggara dari Kolaka Utara, kepada beritasulawesi.co.id, Rabu (10/7) melalui percakapan telepon selulernya.Menanggapi dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Dia berharap kedepannya Pemilihan Kepala Daerah serentak ini menghasilkan pemimpin yang memiliki visi dan misi untuk membangun daerah ini yang nota bene kaya dengan potensi sumber daya alamnya.
Menurut, mantan Pj Bupati Bombana ini, secara historis sudah banyak riset yang mengungkap karakteristik pemimpin yang baik (good leader) atau pemimpin efektif (effective leader). Disebutkan beberapa karakteristik tersebut di antaranya adalah kejujuran, integritas, kompeten, menginspirasi, visioner, kapasitas pengambil keputusan, komunikatif, penyelesai masalah, berpikir strategis, dan karismatik.
“Seorang pemimpin tangkas harus terbuka dan mau belajar sesuatu yang baru. Mereka perlu proaktif untuk mencari umpan balik dari dalam dan luar organisasi mereka. Mereka juga harus percaya bahwa orang lain mengetahui lebih banyak daripada mereka. Pemimpin perlu mendorong individu dan tim untuk berbagi dan menyumbangkan pengetahuan mereka, sehingga pengetahuan dapat terdistribusi secara efektif dalam organisasi” ungkap Ketua Dewan Pertimbangan Kerukunan Keluarga Luwu Raya di Sulawesi Tenggara.
Selain itu, Sosok yang dikenal sebagai mantan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara ini. Memberikan resep untuk selalu bersikap rendah hati berarti belajar menerima dan memanfaatkan pengetahuan anggota tim, rekan sejawat, karyawan dan pelanggan demi kepentingan organisasi.
“Bersikap rendah hati juga bermakna kemauan menyambut dengan terbuka setiap pengetahuan, pendapat, perspektif dan ide-ide baru serta memastikan orang merasa terlibat dan berkontribusi” kata Alumnus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini.
Lebih jauh Hakku Wahab mantan aktifis mahasiswa di Makassar ini, menguraikan, pemimpin sadar bahwa lingkungan organisasi berubah, pasar dan perilaku pelanggan juga berubah. Pemimpin menyadari bahwa perubahan tersebut bisa jadi kurang dipahaminya, sehingga dia membutuhkan orang lain untuk memperluas perspektif dan pemahamannya akan situasi yang sebenarnya terjadi.
” Jadi kerendahan hati pemimpin ternyata memiliki dampak yang besar bagi pertumbuhan dan transformasi dalam dunia organisasi baik pemerintah maupun dunia swasta. Selain itu, yang paling penting adalah satunya kata dengan perbuatan itu yang menjadi modal dan ukuran bagi pemimpin” pungkas mantan Staf Ahli Gubernur Sulawesi Tenggara ini. (bsnn)