Berita Nasional

Hari Puisi Indonesia: Semangat Literasi Bangkit

Setiap tanggal 26 Juli, Indonesia memperingati Hari Puisi sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra dan para penyair yang telah memperkaya khazanah budaya bangsa.

Momentum ini bukan hanya tentang mengenang tokoh-tokoh besar seperti Chairil Anwar atau W.S. Rendra, tetapi juga menyalakan kembali semangat literasi dan kecintaan terhadap bahasa di tengah arus digital yang kian deras.

Di tengah dominasi media visual dan budaya instan, puisi tetap menjadi medium ekspresi yang tajam dan reflektif. Bagi banyak orang, puisi menjadi jalan untuk memahami realitas sosial, politik, bahkan kondisi batin.

Perayaan Hari Puisi tahun ini menekankan pentingnya menjadikan puisi sebagai alat pendidikan literasi yang kreatif dan relevan, terutama untuk generasi muda.

Agus R. Sarjono, penyair sekaligus kurator sastra Indonesia, menyatakan bahwa puisi adalah fondasi dari literasi yang mendalam.

“Membaca dan menulis puisi bukan sekadar soal keindahan kata, tapi cara membentuk kepekaan, imajinasi, dan keberanian berpikir kritis. Hari Puisi adalah pengingat bahwa literasi sejati lahir dari rasa ingin tahu dan empati,” ujar Agus dalam diskusi sastra yang digelar di Taman Ismail Marzuki, 25 Juli 2025.

Banyak sekolah dan komunitas literasi memanfaatkan Hari Puisi untuk menggelar lomba, pelatihan menulis, dan pembacaan karya bersama.

Kegiatan ini menjadi ruang belajar alternatif yang mendorong anak muda untuk mencintai kata dan menuangkannya dalam bentuk kreatif. Di berbagai daerah, puisi juga mulai digunakan sebagai media kampanye sosial dan pendidikan karakter.

Lilis Puspita, pendiri Rumah Baca Langit di Lombok Timur, menegaskan pentingnya puisi dalam gerakan literasi akar rumput. “Kami mengajarkan anak-anak menulis puisi untuk menyalurkan rasa dan cerita mereka.

Dari sana tumbuh keberanian untuk bicara, percaya diri, dan mencintai buku. Puisi membuka jalan sunyi menjadi suara,” ucap Lilis kepada media Suara Literasi, Juli 2025.

Hari Puisi Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi menjadi momentum untuk menguatkan literasi sebagai budaya bangsa.

Dari ruang kelas hingga ruang digital, puisi bisa menjadi jembatan antara hati dan logika, antara identitas dan harapan. Mari rayakan puisi, rayakan literasi, dan rayakan semangat untuk terus membaca dan menulis sebagai bentuk cinta pada Indonesia. (bsnn)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button