Disperin Kalsel Dorong Pengembangan Hilirisasi Industri Manufaktur

Sektor pertambangan menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kalimantan Selatan (Kalsel) .Seiring dengan hilirisasi industri tersebut, Fajar menyebut juga harus ada persiapan sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi tenaga kerja.
Sebab bila tidak, maka bisa saja tenaga kerja dari luar yang akan masuk ke Kalsel. Terlebih, ibu kota negara (IKN) segera pindah ke daerah tetangga, yakni Kalimanan Timur. Tentu akan banyak diperlukan tenaga kerja.
Beberapa sektor yang masuk program hilirisasi industri seperti berbasis sawit, batubara, bijih besi, dan semen.
Program hilirisasi industri juga sudah masuk dalam dokumen rencana pembangunan Kalsel jangan menengah tahun 2022-2026.
“Hilirisasi industri diharapan ke depan untuk bisa menggeser sektor pertambangan, di samping sektor lain seperti pariwisata dan pertanian,” kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kalsel, Nurul Fajar Desira, Selasa (21/2)
Sejalan dengan itulah Dinas Perindustrian (Disperin) Kalsel berupaya mendorong mengembangkan hilirisasi industri manufaktur di Kalsel.
“Penguatan industri manufaktur dapat dilakukan dengan hilirisasi industri berbasis karet, kelapa sawit, mineral logam dan batu bara,” ujar Kepala Disperin Kalsel, Mahyuni, Selasa (21/2).
Sebagai contoh, pupuk berbahan baku batu bara merupakan salah satu hilirisasi yang dinilai ramah lingkungan, karena dapat menahan eksploitasi batu bara dalam jumlah yang besar.
“Pupuk berbahan batu bara ini sudah diujicobakan di Kalsel pada komoditas jagung dan kelapa sawit yang sudah terbukti meningkat produktivitasnya, dengan hasil lapangan yang menunjukkan peningkatan pada jagung sebanyak 46,15 persen dan kelapa sawit sebanyak 33,33 persen,” tutur Mahyuni.
Mahyuni pun menyampaikan, hasil uji laboratorium International Accounting Standards (IAS) di Arizona, Amerika Serikat menunjukkan pupuk dari batu bara mempunyai kandungan yang cukup lengkap untuk menggantikan kandungan unsur hara.
“Pemupukan yang diberikan akan memberikan tiga unsur pengganti melalui Nitrogen, Phosphat dan Kalium (NPK),” tambah Mahyuni.
Tidak hanya itu, pupuk berbahan batu bara ditemukan oleh orang Indonesia dan sudah memiliki paten atas penemuannya dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, juga oleh Amerika Serikat pada 16 Juni 2020.
“Sehingga, negara-negara yang sudah memanfaatkan penemuan pupuk batu bara ini adalah Amerika Serikat dan negara dari Afrika seperti Zimbabwe, Zambia, Malawi dan Rwanda serta yang sedang proses pengajuannya yaitu Australia, UEA, India, Brazil dan Jepang,” tukas Mahyuni. (K12)