Menikmati Angkringan Cita Rasa Jawa di Bumi Anoa

Kehadiran angkringan bergaya Jawa kini menambah warna kuliner malam di Kota Kendari. Warga menikmati suasana hangat dengan aroma kopi, sate, dan tempe bacem yang khas.
Angkringan menjadi tempat favorit bagi masyarakat setelah lelah beraktivitas seharian. Konsep sederhana dengan pencahayaan temaram menciptakan kenyamanan dan kebersamaan yang akrab.
Menurut Abdan, salah satu pendiri Angkringan MMJ di kawasan Tugu MTQ Kendari, konsep ini terinspirasi dari budaya Jawa. Ia ingin menghadirkan nuansa Jawa yang bersahabat di tengah kehidupan modern Kota Kendari.
“Angkringan itu bukan sekadar tempat makan, tetapi ruang untuk berinteraksi dan berbagi cerita,” ungkap Abdan. Ia berharap kehadiran angkringan menjadi wadah silaturahmi antarwarga dari berbagai latar belakang.
Penelitian dari Wulandari dan Prasetyo (2023) dalam Jurnal Pariwisata Nusantara menjelaskan bahwa konsep kuliner tradisional mampu memperkuat identitas budaya daerah. Angkringan menjadi simbol kebersamaan, kesederhanaan, dan nilai gotong royong masyarakat Jawa.
Kendari yang dikenal sebagai Bumi Anoa kini menjadi tempat akulturasi budaya kuliner Nusantara. Perpaduan cita rasa Jawa dengan sambal khas Sultra menjadikan menu angkringan terasa unik dan diterima masyarakat.
Pengunjung tak hanya dapat menikmati makanan, tetapi juga nuansa nostalgia dari aroma wedang uwuh, minuman hangat khas jawa yang diracik dari aneka rempah. Suasana hangat ini menciptakan pengalaman kuliner yang lebih dari sekadar santap malam.
Hadirnya angkringan di Bumi Anoa membuktikan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan berdampingan. Dari meja sederhana berlampu temaram, cita rasa Jawa kini turut menghangatkan malam di jantung Kendari. (bsnn)




