Anak Muda Kolaka Harus Berani Keluar dari Zona Nyaman
Sosok dan Tokoh : Rahmat Anzari, Ketua Harian KNPI Kolaka
Sejak tammat dari sekolahnya di MTs Darul Arqam (2009) di Desa Ponre Waru,Kecamatan Wolo,Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dia sudah meninggalkan kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Saat itu, tentunya dia punya pilihan berani untuk meninggalkan zona nyaman tinggal bersama kedua orang tuanya.
Di Makassar Rahmat Anzari bersekolah di SMA Negeri 6 sampai tammat 2012 lalu melanjutkan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan mencapai gelar sarjana strata satu. Semasa kuliah sosok yang punya hobby membaca ini dijalaninya dengan padat aktifitas organisasi di intra kampus dan ekstra. Tak heran dari perjalanannya sebagai mahasiswa di Makassar ia tercatat sebagai fungsionaris senat mahasiswa di FKM UMI. Di luar kampus ia juga menduduki jabatan sebagai sekretaris Jenderal IMPAK Periode 2016-2018.
Minat Rahmat Anzari pria kelahiran Kolaka 12 Juli 1994 ini untuk terus menimba ilmu dibuktikan dengan melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi setelah selesai strata satu, ia pun melanjutkan ke jenjang strata dua hingga saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa program doktoral di FKM Universitas Hasanuddin, Makassar, yang tak lama lagi sudah tahap penyelesaian studinya.
Sebagai warga Kolaka berstatus mahasiswa tentunya ia lebih banyak berkiprah di Sulawesi Selatan sampai saat ini. Namun kepedualiannya dengan Kolaka sebagai tanah kelahirannya tak perlu diragukan lagi.” Selama ini saya memang lebih banyak di Makassar karena tuntutan pendidikan yang sementara saya jalani.Tapi saya tetap mengikuti perkembangan dan dinamika yang terjadi di Kolaka,” ungkap Rahmat saat ngobrol santai dengan beritasulawesi.co.id Minggu (29/1) di Distric Coffe di Kolaka.
Saat ini, Rahmat yang tak hanya dikenal sebagai fungsionaris di kampusnya ternyata dia juga aktif sebagai Pengurus HMI Cabang Makassar, sehingga nyaris semua dedengkot HMI baik di Makassar dan Jakarta ia kenal dekat.Sebutlah saja Prof.Dr. Amran Razak mantan Pembantu Rektor III Universitas Hasanuddin dan Politisi Drs. H. Ibnu Munzir (Anggota DPR.RI Periode 2009-2014).Nampaknya pengaruh dua tokoh dalam perjalanannya di Kota Makasar hingga saat ini ia berada di Kolaka sangat terlihat lewat lontaran ide dan gagasannya soal kesehatan lingkungan.
Karena pergaulanya dengan sejumlah tokoh intelektual kritis di Makassar dan Jakarta, ia sedikit berbeda alur pemikirannya yang penuh gejolak melihat persoalan di lingkungan pertambangan di Sulawesi Tenggara. “Saya belajar soal kesehatan lingkungan, ilmu ini harus saya manfaatkan untuk kebaikan semua warga di Kolaka termasuk stake holdernya,” ungkap mantan Kabid PSDA HMI Badko Sul-Selbar ini.
Ia memang konsen mengamati isu-isu kesehatan lingkungan di area pertambangan, makanya ia pun pernah mengikuti International Conference Istanbul di Turki (2022) dengan menyajikan tulisan artikel bertajuk “Healthy Setting In Mining Area”. Ini sebuah pencapaian dan sikap konsistensi dari seorang Rahmat Anzari terhadap daerah ini sesuai dengan kompetensinya di bidang yang dipelajari bertahun-tahun.
Ketika ditanya apa resepnya hingga bisa mencapai semua itu diusianya yang masih terbilang sangat muda,” Saya selalu berusaha untuk menghadapi setiap masalah yang ada, dan berpikir ekstra untuk menyelesaikannya.Memang saya banyak mendapatkan kemudahan dalam menempuh pendidikan hingga bisa selesai S2 tapi tidak sedikit juga rintangan dan masalah pelit harus saya hadapi. Sebagai anak muda harus berani keluar dari zona nyaman” ungkapnya sembari menikmati kopinya.
Menurutnya, membangun relasi atau jaringan komunikasi itu harus dijalin dalam bentuk silaturahmi kepada siapa saja.Sebagai orang yang pernah belajar dan dikader di HMI tentunya saya sangat memahami posisi saya dan bisa menempatkan diri dikalangan adik-adik maupun kepada yang lebih senior.” Ini penting diketahui agar kita bisa menemukan manfaat dari segala aktifitas kseharian kita di tengah masyarakat.Tanpa ini semua saya tidak bisa berbuat dan membentuk sikap dan pribadi saya,”kata Rahmat yang juga pengurus Kadin Kolaka ini. (k-01)